Minggu, 21 April 2013


Pengertian Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampling

1. Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi di sini bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.  Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.  Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.

2. Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Apa saja kah yang dipelajari dari sampel itu ?
"kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi"
Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif (dapat mewakili).

3. Teknik Pengambilan Sampling

ada beberapa cara teknik pengambilan sampling,yaitu sebagai berikut :
a. Teknik Sampling
adalah merupakan teknik pengambilan sampel.Terdapat berbagai teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.  Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.
b. Probability sampling
adalah teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportinate statified random sampling dan cluster sampling (area sampling).
c. non probability sampling
adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.  Teknik ini terdiri sampling sistematis, , sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball sampling.  

Populasi dan Sampel biasa di gunakan untuk sebuah penelitian agar dapat di hitung dan di analisa data yang sudah di dapat,agar dapat memudahkan seorang peneliti dalam pengambilan kesimpulan penelitian.













Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat.
Populasi berdasarkan keadaannya:
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
Sampel
Dalam statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik tertentu dari suatu populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak mungkin dan tidak praktis untuk mengamati seluruh obyek/individu yang menyusun suatu populasi. Pedagang eceran beras hanya meneliti segenggam beras untuk menentukan kualitas sekarang beras. Pedagang emas hanya meneliti bekas gosokan dari perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas perhiasan tersebut. Peneliti lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk menentukan kualitas air pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa tidak meneliti secara keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih tepat?
Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.













Pengertian Populasi Sampel dan Sampling  Dalam Penelitian Menurut Para Ahli
Pengertian      Populasi 
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan  karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya(Sugiyono.2005:90).


Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam. 2003)          . 

Populasi ialah semua nilai  baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun  kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman. 2006:181        )



Pengertian      Sampel 

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi            (Soekidjo . 2005 :        79 )      .   

Kemudian  menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan jumlah sampel dengan taraf signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25 maka sampel sebanyak 23 orang.  (Sugiyono. 2005 :  98) 

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan   objek yang diteliti dan dianggap mewakiliseluruhpopulasi . ( Notoatmojo , 2003         )

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi  yang diteliti ( Suharsimi Arikunto. 2002 : 109 )         .



Pengertian      Sampling 


Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi            (Nursalam.2003:97).

 Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono.2006:56)        

Tehnik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002 )            .  

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel. Anggota populasi manapun yang akan    diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi (Notoatmodjo, 2005). 


Cara menghitung jumlah sample
Cara menghitung jumlah sample




Pengertian Sampel dan Populasi
Sebagai peneliti kuantitatif, kita tentu tidak asing dengan istilah sampel dan populasi. Nampun, apakah sebenarnya pengertian sampel dan populasi? Berikut ini diuraikan dalam catatan Syamsudin dari Rembang dalam situsnya di http://samsudinrembank.blogspot.com/2010/01/populasi-dan-sampel-penelitian_23.html yaitu sebagai berikut:

A. POPULASI
 Pengertian Populasi
Ø
1. Menurut Sugiyono
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Menurut Arikunto
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

3. Menurut Gay (1967:67)
Populasi adalah sekelompok objek atau individu atau peristiwa yang menjadi perhatian peneliti, yang akan dikenai generalisasi penelitian.

4. Menurut Ismiyanto
Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa : orang, benda, atau suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan / atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.

 Ragam Populasi
Ø
Dilihat dari ragamnya, populasi dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Populasi terbatas/ terhingga, yaitu populasi yang memiliki batas kuantitatif secara karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 500 orang guru BK di Semarang dengan karakteristik lulusan S1 BK, dengan masa keja 3 tahun.
2. Populasi tak terbatas/ populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya petani di Indonesia.
3. Populasi homogen yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuatitatif.
4. Populasi heterogen yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang bervariasi.

B. SAMPEL

 Pengertian Sampel
Ø
1. Menurut Sugiyono
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
2. Menurut Arikunto
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
3. Menurut Latunnusa
Sampel adalah satu bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi.
4. Menurut Ismiyanto
Sample adalah sebagian dari totalitas subjek penelitian atau sebagian populasi yang diharapkan dapat mewakili karakteristik populasi yang penetapannya dengan teknik-teknik tertentu.

 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling dibagi dua, yaitu:
1. Probability Sampling
Adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. 


Pengetian Analisis data
Menurut Ardhana12 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan bahwa analisis data merupakan  proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
           

Kamis, 28 Maret 2013

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI:  Sebuah Analisis
PENDAHULUAN
Dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani (penjas) yang sangat penting yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Menurut Depdiknas (2003:4), proses pembelajaran pendidikan jasmani dalam jangka waktu tertentu siswa akan mampu;
1.      Mempertahankan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani yang baik, serta mampu mendesain program latihan kebugaran yang aman sesuai dengan kaidah latihan.
2.      Menunjukkan kompetensi dalam melakukan gerak yang efisien.
3.      Mendemonstrasikan gaya hidup aktif dan gemar melakukan kegiatan jasmani.
4.      Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga.
Kualitas pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan motorik Dalam proses pembelajaran gerak, selain aspek gerak (psikomotor), aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) siswa merupakan dua aspek yang boleh dilupakan oleh guru penjasorkes. Melalui suatu gerakan siswa dituntun untuk mengetahui cara melakukan gerakan tersebut, mengetahui kebermanfaatan gerakan tersebut dan jua mampu menunjukkan perilaku-perilaku positif selama pembelajaran (kerjasama, disiplin, mau berbagi tempat dan alat, jujur dan lainnya) yang diharapkan mampu jua diwujudkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi belajar melalui gerak lebih menekankan pada keterpaduan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan gerak (psikomotor).
Di sisi lain, kelemahan dan hambatan dalam implementasi kurikulum bersumber pada persepsi yang berbeda diantara komponen-komponen pelaksana, serta kurangnya kemampuan dalam menerjemahkan kurikulum ke dalam bentuk operasional pembelajaran. Kondisi tersebut, antara lain disebabkan karena pengangkatan pelaksana pendidikan bukan berdasarkan keahlian untuk mengemban tugas. Ruang Lingkup Olahraga menurut Pasal 17 UU No. 3 SKN meliputi domain: olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Kompleksitas permasalahan keolahragaan masih ditambah dengan pandangan negatif pada sebagian pihak termasuk dari institusi pendidikan. Misalnya, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga belum dapat memposisikan dirinya pada tempat yang terhormat, bahkan masih sering dilecehkan dan dianggap tidak penting apalagi pada masa-masa menjelang ujian akhir, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga dihapuskan dengan alasan agar para siswa dalam belajarnya untuk menghadapi ujian akhir nasional  “tidak terganggu”.
Kesulitan yang sering dihadapi oleh guru pendidikan jasmani adalah kemauan dalam memodifikasi alat dan fasilitas olahraga yang masih terbatas, dan lebih menyedihkan lagi kadang guru pendidikan jasmani mengajar dengan tidak memperhatikan gaya dalam mengajarnya yang sesuai dengan topik atau materi yang akan diberikan, bahkan sering kali guru pendidikan jasmani hanya mengawasi peserta didiknya dari jauh. Atas dasar masalah tersebut di atas, penulis akan mencoba menganalisis  gaya mengajar inklusi karena melihat prinsip-prinsip dan karakteristik gaya mengajar inklusi, siswa didorong untuk dapat berpikir rasional dengan menempatkan posisi yang sesuai dengan kemampuan dari siswa tersebut.
Prinsip perbedaan individu pada setiap siswa sangat di tekankan pada pembelajaran dengan gaya inklusi. Dengan dasar itulah, pembelajaran harus dapat memahami perbedaan-perbedaan yang dialami siswa. Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Mosston seperti dikutip Agus S. Suryobroto (2001:42), ada beberapa gaya mengajar yang biasa dilakukan, sebagai berikut:
1.      Gaya A, Gaya Komando, yaitu guru menentukan irama penampilan.
2.      Gaya B, Gaya Latihan, yaitu siswa diberi waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan.
3.      Gaya C, Gaya Resiprokal, yaitu siswa diberi umpan balik yang didesain guru.
4.      Gaya D, Gaya Periksa diri, yaitu siswa mencari umpan balik sendiri dengan memakai kriteria yang disusun oleh guru.
5.      Gaya E, Gaya Cakupan atau Inklusi, yaitu siswa diperkenalkan berbagai tingkat tugas dan siswa didorong untuk menentukkan tingkat penampilannya.
6.      Gaya F, Gaya penemuan terpimpin, yaitu siswa dibimbing untuk menemukan keterangan yang telah ditentukan.
7.      Gaya G, Gaya divergen.
8.      Gaya H, Gaya program individual.
9.      Gaya I, Gaya yang diprakarsai siswa.
10.  Gaya J, Gaya mengajar sendiri.
      PEMBAHASAN                     
Gaya Mengajar Inklusi
Pada awalnya pengertian pendidikan inklusi dimaknai sebagai pembelajaran yang diperuntukan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Pembelajaran ini sangat memperhatikan perbedaan individu yang dimiliki oleh setiap siswa. Pada tulisan ini akan dibahas pembelajaran inklusi secara mendalam kaitannya dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Ditinjau dari beberapa aspek bagi
Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana? untuk memulai belajar suatu gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan.
Gaya mengajar menurut Mosston seperti yang dikutip Agus S. Suryobroto (2001:36), adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa. Menurut Rusli Lutan (2000:29), pemakaian istilah gaya mengajar (teaching style) sering diganti dengan istilah strategi mengajar (teaching strategy) yang pengertiannya dianggap sama yaitu siasat untuk menggiatkan partisipasi peserta didik untuk melakukan tugas ajar. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola lingkungan dan atmosfer pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif belajar dari para peserta didik yang dipandang sebagai indikator terpercaya untuk menilai efektivitas pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bila gaya mengajar tidak direncanakan, maka guru pendidikan jasmani akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya. Spektrum gaya mengajar yang dikemukakan Mosston mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.          Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
b.         Masalah yang bertentangan tentang metode mengajar.
c.          Mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang guru.Mengajar – Belajar – Tujuan, interaksi guru dan siswa mencerminkan perilaku mengajar dan belajar.
d.         Perilaku guru akan mengarahkan perilaku peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Gaya mengajar inklusi memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Sementara gaya mengajar komando, latihan, resiprokal, periksa diri menunjukkan suatu standar tunggal dari penampilan, sedangkan gaya inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda dalam tingkatannya. Dalam gaya mengajar inklusi siswa didorong untuk menentukkan tingkat penampilannya. Tujuan gaya mengajar inklusi menurut Mosston dalam Agus S. Suryobroto (2001:61) yaitu:
a.          Melibatkan semua siswa.
b.         Penyesuaian terhadap perbedaan individu.
c.          Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri.
d.         Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
e.          Belajar melihat hubungan antara kemampuan dan tugas apa yang dapat dilakukan siswa.
f.          Individualisasi dimungkinkan karena memilih diantara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan.
              
Karakteristik gaya inklusi yang dikembangkan Mosston sebagai berikut:
a.         Tugas yang disusun sama tetapi derajat kesukarannya berbeda.
b.         Peserta didik  menentukan sendiri tingkatnya dalam tugas.
c.         Tingkat-tingkat keterampilan bagi semua peserta didik  tercakup
Gaya mengajar inklusi dikembangkan berdasar konsep belajar yang berpusat pada peserta didik dan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perorangan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai dengan tempo dan kemampuan masing- masing (Rusli Lutan,2000:15). Lebih lanjut dijelaskan sebagai gambaran langkah pengembangan dan penerapan gaya ini yaitu; 1). diagnosis pengukuran atau pengetesan dilaksanakan untuk menentukan taraf pengetahuan atau keterampilan, 2). penetuan paket tugas yaitu setiap peserta didik  memperoleh paket tugas berdasarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan, 3).  pengembangan peserta didik berdasarkan paket tugas hingga berhasil melaksanakan tugas itu. Penilaian atau tes secara mandiri juga disediakan sehingga peserta didik dapat mengetahui kemajuannya sendiri, 4). evaluasi yaitu siswa dievaluasi setelah pembelajaran berakhir, 5). pengukuhan yaitu bila peserta didik  menyelesaikan tugas dengan baik, selanjutnya guru memberi unsur pengukuh berupa penghargaan atau pujian.
Menurut Rusli Lutan (2000), paket belajar dalam gaya mengajar inklusi mencakup beberapa aspek yaitu; 1). Klasifikasi tugas ajar yang meliputi pengetahuan dan keterampilan, 2). Menyediakan paket belajar berupa pengalaman belajar, 3). Tujuan pengajaran yang memaparkan kepada peserta didik tentang apa yang dipelajari, dalam kondisi apa dan bagaimana penampilan yang diharapkan ( perubahan perilaku ), 4). Tes diagnosis yang akan dilaksanakan pada tahap awal untuk menentukkan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, 5). Kegiatan belajar yang menyediakan beberapa cara bagi peserta didik  untuk membelajarkan diri masing-masing, 6). Tes atau evaluasi diri yang digunakan untuk memantau kemajuan belajar. Tes ini berguna bagi siswa menentukkan apakah peserta didik  tersebut sudah siap untuk mengikuti tes akhir, 7). Tes akhir adalah instrumen untuk mengecek atau mengukur prestasi belajar peserta didik
Suatu contoh yang menggambarkan gaya ini dapat dilihat pada penggunaan tali untuk melompat. Jika tali dibentangkan setinggi satu meter dari tanah dan setiap peserta didik diminta untuk melompatinya, mungkin semua peserta didik akan berhasil. Sebagian siswa dapat melompatinya dengan mudah tetapi sebagian lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk melompatinya. Sedangkan jika tali dibentangkan miring dan para peserta didik diminta melompatinya, maka para peserta didik  akan menyebarkan diri sepanjang tali pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan untuk melibatkan para peserta didik dengan berbagai tingkat kemampuan dan memungkinkan para peserta didik  untuk memilih di mana dia akan memulai tugasnya.
Namun demikian, tidak ada gaya mengajar yang baku dalam proses pembelajaran dan tidak ada yang paling baik karena setiap gaya mengajar mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda antara satu gaya mengajar dengan gaya mengajar yang lain. Gaya mengajar sekali waktu ditekankan pada guru sebagai pusat pembelajaran, dan sekali waktu berpusat pada peserta didik.
Hakikat Pendidikan jasmani
Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000:1), pendidikan jasmani adalah proses ajar melalui aktivitas jasmani dan sekaligus pula sebagai proses ajar untuk mengetahui keterampilan jasmani. Sedangkan menurut Abdul Gafur (1983) yang dikutip oleh Arma Abdoellah dan Agusmanadji (1994: 5), pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukkan watak.
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani (Depdiknas, 2003:2).Dari berbagai pengertian pendidikan jasmani seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan secara keseluruhan yang menitikberatkan pada aktivitas jasmani yang intensif untuk meningkatkan kebugaran jasmani, perilaku hidup aktif dan pembentukkan watak.
Pembelajaran gaya mengajar inklusi.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasi-hasil belajar peserta didik, serta memilah dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna, seorang guru harus membuat langkah-langkah dalam pembelajaran yaitu;
1.      Persiapan mengajar     
Tugas guru yang paling utama terkait denga persiapan mengajar dalam implementasi kurikulum hampir sama dengan tugas dan fungsinya seperti pada kurikulum sebelumnya, yakni menjabarkan silabus ke dalam persiapan mengajar yang lebih operasional dan rinci. Persiapan mengajar pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran berbasis kompetensi, yakni; kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar dan penilaian berbasis kelas.
Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil belajar berfungsi menujukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik, sedangkan penilaian berbasis kelas kelas berfungsi mengukur pembentukkan kompetensi dan menentukkan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh guru sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.
2.      Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi kemampuan dan pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan  materi yang menarik, dan mendorong peserta didik untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan yang dilakukan harus menarik, menyenangkan, dan mengarah pada materi inti. Pemanasan dan apersepsi dapat dilakukan dengan memulai pembelajaran dari hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik. Selanjutnya memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik, kemudian gerakkan peserta didik agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang baru. Sebelum melakuan tugas gerak atau olahraga, terlebih dahulu harus melakukan pemanasan. Menurut Rusli Lutan (2000:21), tujuan utama pemanasan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yaitu: 1). Menyiapkan peserta didik segera menyesuaikan diri dengan tugas ajar, 2). Merangsang fungsi organ tubuh agar siap melakukan kerja fisik yang berat, 3). Meregangkan  otot dan tali sendi sehingga bahaya cedera otot atau sendi dapat dihindari.
3.      Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan ajar dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, yaitu dengan memperkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik kemudian mengaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik, kemudian memilih metode yang paling tepat dan menggunakannya secara bervariasi untuk dapat diterima dengan baik.
4.      Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukkan kompetensi dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru, melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah ( problem solving) terutama dalam masalah-masalah aktual, penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat, kemudian memilih metode yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi dasar peserta didik.               
Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi tentang bahan belajar atau materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi peserta didik. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru sebagai fasilitator dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran jika perlu.
Pembentukkan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal ini tentu saja menuntut kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Kegiatan inti pembelajaran dikatakan efektif bila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik, mental, fisik, maupun sosialnya. Tugas peserta didik adalah belajar sedangkan tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka dalam membina damn mengembangkan kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan. Prosedur yang ditempuh dalam pembentukkan kompetensi adalah sebagai berikut: 1). Guru menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kompetensi dasar yang telah dituangkan dalam silabus pembelajaran, 2). Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis.
5.      Penilaian Formatif
Penilaian formatif dapat dilakukan dengan mengembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik, kemudian menggunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik.
Evaluasi proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran dan pembentukkan kompetensi dasar pada peserta didik termasuk bagaimana tujuan belajar direalisasikan. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas bila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif dan menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar inklusi yang berisi proses pembelajaran dimulai dengan fase persiapan untuk mengembangkan kompetensi dasar, indikator hasil belajar dan materi standar, untuk membuat persiapan mengajar yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit-unit pembelajaran yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta teknik-teknik pembelajaran jangka pendek. Dalam pelaksanaan dilakukan dengan cara menyiapkan satuan dan silabus pembelajaran.
Kualitas pembelajaran atau pembentukkan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Pembelajaran atau pembentukkan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif  baik fisik, mental maupun sosial dalam rangka proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75 %).

KESIMPULAN
Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana? untuk memulai belajar suatu gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan. Gaya mengajar inklusi dikembangkan berdasar konsep belajar yang berpusat pada peserta didik dan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perorangan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai dengan tempo dan kemampuan masing- masing. Namun demikian, tidak ada gaya mengajar yang baku dalam proses pembelajaran dan tidak ada yang paling baik karena setiap gaya mengajar mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda antara satu gaya mengajar dengan gaya mengajar yang lain. Gaya mengajar sekali waktu ditekankan pada guru sebagai pusat pembelajaran, dan sekali waktu berpusat pada peserta didik.

Selasa, 19 Februari 2013

Pembelajaran Permainan Bola Basket dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing

Tujuan Penjasorkes bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan seluruh potensi siswa. Secara lengkap Penjasorkes bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga.

Penjasorkes memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistimatis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar di arahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pembelajaran Penjasorkes guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai – nilai (sportivitas, jujur,kerjasama, dan lain – lain ) dan pola pembinaan hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran yang konvensional di dalam kelas yang bersifat teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan, didaktik, metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Salah satu bagian dari Mata Pelajaran Penjasorkes adalah permainan dan olahraga, adapun bola basket merupakan salah satu materi termasuk dalam permainan bola besar. Cabang olahraga ini mulai dikenal luas oleh banyak kalangan terutama di kota-kota besar. Oleh sebab itu sudah menjadi tuntutan kepada para gur untuk bias membelajarkan bola basket kepada siswa-siswinya. Tentunya dalam menjalankan tugasnya para guru penjasorkes dituntut untuk kreatif dengan mengaplikasikan segala macam strategi atau model-model pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang sekiranya bisa kita gunakan disini terutama untuk siswa SMA/SMK adalah dengan menggunakan model penemuan Terbimbing.

Ciri-ciri model Penemuan terbimbing

Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Ada hubungan yang kuat antara kadar dominasi guru dengan kesiapan mental untuk menginternalisasi konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan hubungan antara pengetahuan awal dan konstruksi konsep penjasorkes yang dimiliki siswa dengan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara terbimbing maupun secara bebas.

Dalam Pembelajaran dengan penemuan Terbimbing, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan Terbimbing, siswa juga belajar tentang pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin, 1994). Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002).

Beberapa keuntungan Pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer, memperkecil atau menghindari menghafal dan siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri (Carin, 1995b: 107). Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa terbuka akan sains dan teknologi, dan dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi kesempatan berperan serta di dalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan intelektual mereka dengan bimbingan guru. Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).

Tahap-tahap pembelajaran.

Dalam pembelajaran penemuan terbimbing ada beberapa langkah yang umum dilaksanakan diantaranya :

1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.
2. Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan. Sumber: (Ibrahim dan Nur, 2000: 13)

Praktek Pembelajaran

Untuk lebih jelasnya penulis mencoba menjelaskan bagaimana menerapkan model penemuan terbimbing ini dalam pembelajaran permainan bola basket.

Langkah-langkah pembelajarannya

  1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok bisa terdiri dari 8–10 siswa.
  2. Masing-masing kelompok diberikan suatu instruksi-instruksi tentang hal-hal yang harus dilakukan. Instruksi itu bisa berupa kata-kata atau berupa gambar.
  3. Masing-masing kelompok berdiskusi dan mencoba mempraktekkan istruksi-instruksi tersebut sesuai dengan pemahaman mereka.
  4. Guru memberi keleluasaan bagi setiap kelompok untuk mencoba mempraktekan langkah–langkah dalam instruksi tersebut.
  5. Guru memberikan koreksi, feedback maupun penguatan-penguatan di akhir sesi.

Contoh konkret Pembelajaran Teknik dasar Passing ( dada, pantulan, atas kepala ) dengan menggunakan model penemuan terbimbing. Sebelumnya guru telah memberikan pembelajaran teknik dasar permainan bola basket.

Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok A, B, C dan D.Lalu masing-masing kelompok diiberikan selembar kertas berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kelompoknya yang tertuang ke dalam sebuah gambar seperti contoh berikut :

C

B

A

Ket :
  1. Arah passing
  2. Arah lari
  3. Lakukan dalam 10 menit.

Guru memberikan waktu kepada siswa kira-kira 2 menit untuk berdiskusi bagaimana menjalankan tugas tersebut. Setelah itu secara bersama sama setiap kelompok mempraktekkan tugas tersebut.. Saat siswa melakukan tugas, Guru hanya melakukan pengamatan dan menganalisa kegiatan tersebut. Koreksi hanya dilakukan saat kegiatan tersebut selesai diiring dengan penguatan-penguatan.

Guru juga bisa mengkombinasikan instruksi-instruksi tugas tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan agar siswa bisa memahami dan sekaligus belajar bahasa inggris seperti contoh berikut ini :

Drill Bola Buaya

Setup
  1. You will need to split the team into groups of 5 with 1 basketball for each group.
  2. Set up 5 players about 10 feet apart, with 4 players creating a square and the 5th player in the middle of the square.
  3. The middle player will start with the ball.

Contoh berikutnya :

Instructions
  1. The middle player should pass to one of the outside players, follow the pass and take the outside player's spot.
  2. The receiving player then makes a pass to one of the two players along the side of the grid.
  3. The passing player again takes the spot of the player he passes too.
  4. The receiving player then passes across the grid to the player in the opposite corner.
  5. The passing player again takes the spot of the player he passes too.
  6. This pattern should continue and players should continue to take the spot of the player in which he passes too. The pattern to follow is diagonal player, side player, diagonal play, etc.
  7. Continue the passing game for 10-15 minutes or until you feel the players have grasped the concepts of good passes.
Instruksi dalam bahasa Indonesia

Pemain 1 mendribble bola ke arah pemain 2 dan melakukan screen untuk pemain 2, dengan cara pivot menggunakan kaki bagian dalam (kaki yang paling dekat dengan ring basket) sebagai tumpuan.
Pemain 2 memanfaatkan screen tersebut dan menerima bola hand off dari pemain 1. Agar lebih optimal, pemain 2 harus melakukan V cut terlebih dahulu sebelum hand off (timing sangat penting).

Tambahan yang perlu diperhatikan dalam urutan pendesainan, guru harus mengikuti beberapa proses kebiasaan yaitu :
  1. Tak pernah mengatakan jawaban.
  2. Selalu menunggu reaksi siswa.
  3. Memberikan umpan balik.
  4. Mempertahankan suasana yang mendukung penyabar.

Demikianlah sekilas tentang model pembelajaran penemuan terbimbing yang diaplikasikan dalam pembelajaran teknik dasar permainan bola basket. Semoga ini menjadi tambahan informasi bagi kalangan insan olahraga terutama untuk para guru penjasorkes. Salam olahraga.

Sumber :
Ratumanan, Tanwey Gerson. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Edisi pertama. Surabaya: Unesa University Press
Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah:Surabaya:Unesa-University Press
Muska Mosston , Sara Ashworth, The Spectrum of Teaching Styles: From Command to Discovery, Addison-Wesley Longman Ltd
www.fiba.com
TAHAP- TAHAP PROSES PENELITIAN

1. Mengidentifikasi Masalah
2. Membuat Hipotesa
3. Studi Literature
4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
5. Membuat Definisi Operasional
6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
7. Menyusun Desain Penelitian
8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
10. Melakukan Analisa Statistik
11. Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
12. Menulis Laporan Hasil Penelitian


1. Mengidentifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.


2 Membuat Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variable yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini akan dibahas pada BAB V.


3. Studi Literature
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.


4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu tahapan yang penting karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti dapat memahami hubungan dan makna variable-variabel yang sedang diteliti.


5. Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variable-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.


6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
Yang dimaksud dengan memanipulasi variable ialah memberikan suatu perlakuan pada variable bebas dengan tujuan peneliti dapat melihat efeknya bagi variable tergantung atau variable yang dipengaruhinya. Sedang yang dimaksud dengan mengontrol variable ialah melakukan kontrol terhadap variable tertentu dalam penelitian agar variable tersebut tidak mengganggu hubungan antara variable bebas dan variable tergantung.


7. Menyusun Desain Penelitian
Apa yang dimaksud dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sample, koleksi data dan analisanya. Tanpa desain yang baik maka penelitian yang dilakukan akan tidak mempunyai validitas yang tinggi.


8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
Yang dimaksud pada bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus melakukan identifikasi alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan tujuan penelitannya. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif biasanya peneliti menggunakan kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian jenis Ex Post Facto.


9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kuesioner merupakan salah satu alat yang penting untuk pengambilan data; oleh karena itu, peneliti harus dapat membuat kuesioner dengan baik. Cara membuat kuesioner dapat dibagi dua, yaitu dari sisi format pertanyaan dan model jawaban. Disamping kuesioner, alat pengambilan data juga dapat dilakukan dengan interview. Cara-cara melakukan interview diatur secara sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau data yang berkualitas dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.


10. Melakukan Analisa Statistik
Salah satu cirri yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan pendekatan kuantitatif ialah adanya analisa statistik. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable. Sampai saat ini, analisa statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antar variable, untuk memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.


11. Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
Dengan berkembangnya teknologi komputer yang semakin canggih dan dituntutnya melakukan penelitian secara lebih cepat serta kemungkinan besarnya jumlah data, maka seorang peneliti memerlukan bantuan komputer untuk melakukan analisa data. Banyak perangkat lunak yang telah dikembangkan untuk membantu peneliti dalam melakukan analisa data, baik yang bersifat pengelohan data maupun analisanya. Salah satu program yang popular ialah program SPSS.


12. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dalam penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada para pemb
aca atau penyandang dana.

Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan OBSERVASI


Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan OBSERVASI
Tahapan observasi secara umum dapat dilakukan sebagaimana dipaparkan dibawah ini, namun tidak semua harus dilalui, sebab itu sangat tergantung pada tujuan observasi, situasi observasi, maupun metode yang kita gunakan.
Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1.       Menentukan tujuan observasi, atau tujuan penelitian yang akan dilakukan dengan observasi.
2.       Menentukan perilaku yang akan diobservasi, apakah seluruh peristiwa, atau hanya sebagian peristiwa, atau kita batasi hanya satu perilaku tertentu saja.
3.       Mendefinisikan perilaku yang akan diamati, pengertian yang jelas batas-batasnya atau yang disesuaikan dengan teori. (Kalau banya teori, boleh menggunakan satu saja).
4.       Menjabarkan pengertian perilaku atau konstruk psikologi yang akan diobservasi dalam satuan indikator yang lebih mudah untuk diamati.
5.       Menentukan metode observasi yang akan digunakan (apakah dengan intervensi atau tanpa intervensi). Jika dengan intervensi, apakah menggunakan metode partisipan, sistematik, atau eksperimen.
6.       Menentukan situasi atau setting observasi (meliputi skenario apabila menggunakan observasi dengan intervensi) waktu, durasi orang-orang yang terlibat, dan sebagainya. (Kalau setting alamiah biarkan saja).
7.       Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan observasi dengan observer lebih dari 1.
8.       Menentukan teknik pencatatan, dengan check list, anecdotal record, narrative recording, interval recording, rating scale, dan lain-lain.
9.       Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar, meskipun dilakukan beberapa kali atau oleh orang yang berbeda.
10.   Membuat format pencatatan, dimana dalam pembuatannya dapat menggunakan salah satu metode penggabungan beberapa metode, atau modifikasi beberapa teknik pencatatan.
11.   Mengadakan pengarahan pada para observer (apabila observer lebih dari satu) agar maksud observasi “dipahami sama” oleh semua observer.
12.   Mengestimasi reliabilitas dan validitas observasi.
13.   Menginterpretasikan hasil observasi dan menyusun laporan observasi.
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM dalam melakukan OBSERVASI :
1.       Kurang sistematis.
2.       Pola pikirnya tidak runtut.
3.       Tujuan observasinya tidak jelas.
4.       Target behavior-nya kurang spesifik.
5.       Tujuan, target dan indikator tidak sejalan.
6.       Pemilihan metode observasi dan metode pencatatan tidak memiliki dasar yang jelas.
7.       Definisi oprasional masih berupa konsep.
8.       Indikator perilaku tidak memiliki dasar teori yang jelas.
9.       Reliabilitas dan validitas tidak diperoleh dengan metode yang kurang tepat.
PETUNJUK dalam mengobservasi menurut Rummel, (dalam Sutrisno Hadi, 1990 : 139) :
1.       Peroleh dahulu pengetahuan, apa yang akan kita observasi.
2.       Selidikilah tujuan-tujuan yang umum maupun yang khusus dari problema-problema penelitian, gunanya untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3.       Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi.
4.       Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan.
5.       Adakan observasi secermat-cermatnya dan sekritik-kritiknya.
6.       Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah.
7.       Ketahui baik-baik alat pencatatan dan tata caranya mencatat, sebelum melakukan observasi.
Merancang Kegiatan Observasi :
Kegiatan observasi perlu direncanakan agar dalam pelaksanaan observasi tidak terjadi penyimpangan, atau mungkin pengamatan tidak fokus pada gejala yang menjadi sasaran. Oleh karena itu, dalam proposal atau perencanaan observasi mencakup beberapa aspek, yaitu :
1.       Individu yang akan diobservasi, seperti jenis kelamin, usia, kelas dan karakteristik lain yang relevan dengan tujuan observasi.
2.       Perilaku yang diamati, yang akan menjadi target observasi, meliputi definisi, indikator, serta penjabaran perilaku yang observable.
3.       Data setting, yaitu waktu, tempat, lama observasi dan setting lain yang relevan (termasuk tipe ruangan, orang-orang yang terlibat, atau orang-orang penting dalam kehidupan subjek).
4.       Metode observasi, meliputi penjelasan bagaimana observasi akan dilaksanakan, misalnya observasi natural, sistematik, partisipan, atau eksperimen.
5.       Cara pencatatan, sistem atau format pencatatan, serta apakah menggunakan narrative record, interval, atau rating scale. Dalam hal ini, format pencatatan (selain narrative record) dijelaskan beserta cara mengisi, berikut kode-kode yang digunakan (bila ada).
6.       Reliabilitas dan validitas beserta cara memperolehnya.
PETUNJUK MEMILIH TEKNIK PENCATATAN UNTUK MEMPEROLEH DATA KUANTITATIF
Teknik
Pengertian
Contoh
Keunggulan
Kelemahan
1.       Mencatat produk permanen
Mencatat bekas atau hasil perilaku yang tahan lama.
Banyaknya botol bekas, hasil perhitungan, buku yang hilang, kesed yang teranyam.
Mudah diukur, mudah dihitung reliabilitas pengukurannya.
Terbatas pada produk yang berbekas.
Teknik
Pengertian
Contoh
Keunggulan
Kelemahan
2.       Mencatat kejadian
Mengamati dan mencatat setiap ‘perilaku sasaran’ terjadi
Pencatatan dan lembar observasi cukup sederhana
Terbatas untuk perilaku diskret, yang dapat didefiisikan atau diamati mulai dan berakhirnya.
a.       Mencatat banyaknya kejadian (event recording).
Mencatata banyak atau frekuensi kejadian dalam satu waktu tertentu
Berapa kali bersin, memukul, berapa huruf atau halaman terbaca, berapa kali melintas, melihat kamus, bertanya.
Mudah dicatat dengan pensil atau kertas, abaskus, memindah benda-benda kecil, dsb.
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘lamanya’ terjadi lebih penting.
b.      Mencatat lamanya kejadian (duration recording).
Mencatat mulai dan berakhirnya suatu kejadian.
Lama bermain, menangis, memukul meja, mengerjakan soal, dsb.
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun stopwatch.
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘frekuensi terjadinya’ lebih penting.
c.       Mencatat intensitas kejadian (intensity recording).
Mencatat berapa besar taraf kejadian sesuai dengan taraf normative yang telah ditentukan.
Ruihnya kelas dalam taraf 0 bila tenang, 1 bila sebagian kecil ramai, 2 bila sebagian besar, dan 3 bila seluruh kelas ikut ramai.
Dapat dicatat kualitas perilaku yang terjadi.
d.      Mencatat latensi kejadian (latency recording)
Mencatat berapa lama suatu kejadian berlangsung, setelah ada rangsangan.
Lama waktu antara datang di tempat bermain ikut bermain, lama waktu sebelum pertanyaan di jawab (reaction time).
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun stopwatch.
3.       Interval Time Sampling (ITS)
Mencatat terjadinya perilaku pada interval yang ditentukan.
Dapat mencatat perilaku yang tidak diskret.
Hanya bermanfaat atau praktis untuk perilaku yang terjadi minimal sekali atau 15 menit.
a.       Whole Interval Time Sampling (WITS)
Menyekor bila terjadi sepenuhnya selama interval ditentukan.
Mengikuti pelajaran (on task behavior), bermain dengan damai, member pelajaran.
Dapat mendeteksi sampai kapan perilaku berlangsung tanpa interupsi.
Cenderung underestimasi.
b.      Partial Interval Time Sampling (PITS)
Menyekor asal perilaku terjadi, meskipun tidak seinterval penuh.
Mengumpat, nyeletuk, memuji.
Dapat mencatat perilaku nondiskret yang berlangsung cepat
Cenderung overestimasi.
c.       Momentary Time Sampling (MTS)
Menyekor bila terjadi pada moment interval yang ditentukan.
Perilaku-perilaku stereotip, yang persisten, lama (berhari-hari) hilangnya.
Tenaga observer tidak perlu seluruhnya tercurah untuk observasi
Tidak untuk perilaku yang berlangsung cepat.