Selasa, 19 Februari 2013

Pembelajaran Permainan Bola Basket dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing

Tujuan Penjasorkes bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan seluruh potensi siswa. Secara lengkap Penjasorkes bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga.

Penjasorkes memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistimatis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar di arahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pembelajaran Penjasorkes guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai – nilai (sportivitas, jujur,kerjasama, dan lain – lain ) dan pola pembinaan hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran yang konvensional di dalam kelas yang bersifat teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan, didaktik, metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Salah satu bagian dari Mata Pelajaran Penjasorkes adalah permainan dan olahraga, adapun bola basket merupakan salah satu materi termasuk dalam permainan bola besar. Cabang olahraga ini mulai dikenal luas oleh banyak kalangan terutama di kota-kota besar. Oleh sebab itu sudah menjadi tuntutan kepada para gur untuk bias membelajarkan bola basket kepada siswa-siswinya. Tentunya dalam menjalankan tugasnya para guru penjasorkes dituntut untuk kreatif dengan mengaplikasikan segala macam strategi atau model-model pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang sekiranya bisa kita gunakan disini terutama untuk siswa SMA/SMK adalah dengan menggunakan model penemuan Terbimbing.

Ciri-ciri model Penemuan terbimbing

Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Ada hubungan yang kuat antara kadar dominasi guru dengan kesiapan mental untuk menginternalisasi konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan hubungan antara pengetahuan awal dan konstruksi konsep penjasorkes yang dimiliki siswa dengan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara terbimbing maupun secara bebas.

Dalam Pembelajaran dengan penemuan Terbimbing, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan Terbimbing, siswa juga belajar tentang pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin, 1994). Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002).

Beberapa keuntungan Pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer, memperkecil atau menghindari menghafal dan siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri (Carin, 1995b: 107). Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa terbuka akan sains dan teknologi, dan dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi kesempatan berperan serta di dalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan intelektual mereka dengan bimbingan guru. Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).

Tahap-tahap pembelajaran.

Dalam pembelajaran penemuan terbimbing ada beberapa langkah yang umum dilaksanakan diantaranya :

1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.
2. Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan. Sumber: (Ibrahim dan Nur, 2000: 13)

Praktek Pembelajaran

Untuk lebih jelasnya penulis mencoba menjelaskan bagaimana menerapkan model penemuan terbimbing ini dalam pembelajaran permainan bola basket.

Langkah-langkah pembelajarannya

  1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok bisa terdiri dari 8–10 siswa.
  2. Masing-masing kelompok diberikan suatu instruksi-instruksi tentang hal-hal yang harus dilakukan. Instruksi itu bisa berupa kata-kata atau berupa gambar.
  3. Masing-masing kelompok berdiskusi dan mencoba mempraktekkan istruksi-instruksi tersebut sesuai dengan pemahaman mereka.
  4. Guru memberi keleluasaan bagi setiap kelompok untuk mencoba mempraktekan langkah–langkah dalam instruksi tersebut.
  5. Guru memberikan koreksi, feedback maupun penguatan-penguatan di akhir sesi.

Contoh konkret Pembelajaran Teknik dasar Passing ( dada, pantulan, atas kepala ) dengan menggunakan model penemuan terbimbing. Sebelumnya guru telah memberikan pembelajaran teknik dasar permainan bola basket.

Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok A, B, C dan D.Lalu masing-masing kelompok diiberikan selembar kertas berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kelompoknya yang tertuang ke dalam sebuah gambar seperti contoh berikut :

C

B

A

Ket :
  1. Arah passing
  2. Arah lari
  3. Lakukan dalam 10 menit.

Guru memberikan waktu kepada siswa kira-kira 2 menit untuk berdiskusi bagaimana menjalankan tugas tersebut. Setelah itu secara bersama sama setiap kelompok mempraktekkan tugas tersebut.. Saat siswa melakukan tugas, Guru hanya melakukan pengamatan dan menganalisa kegiatan tersebut. Koreksi hanya dilakukan saat kegiatan tersebut selesai diiring dengan penguatan-penguatan.

Guru juga bisa mengkombinasikan instruksi-instruksi tugas tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan agar siswa bisa memahami dan sekaligus belajar bahasa inggris seperti contoh berikut ini :

Drill Bola Buaya

Setup
  1. You will need to split the team into groups of 5 with 1 basketball for each group.
  2. Set up 5 players about 10 feet apart, with 4 players creating a square and the 5th player in the middle of the square.
  3. The middle player will start with the ball.

Contoh berikutnya :

Instructions
  1. The middle player should pass to one of the outside players, follow the pass and take the outside player's spot.
  2. The receiving player then makes a pass to one of the two players along the side of the grid.
  3. The passing player again takes the spot of the player he passes too.
  4. The receiving player then passes across the grid to the player in the opposite corner.
  5. The passing player again takes the spot of the player he passes too.
  6. This pattern should continue and players should continue to take the spot of the player in which he passes too. The pattern to follow is diagonal player, side player, diagonal play, etc.
  7. Continue the passing game for 10-15 minutes or until you feel the players have grasped the concepts of good passes.
Instruksi dalam bahasa Indonesia

Pemain 1 mendribble bola ke arah pemain 2 dan melakukan screen untuk pemain 2, dengan cara pivot menggunakan kaki bagian dalam (kaki yang paling dekat dengan ring basket) sebagai tumpuan.
Pemain 2 memanfaatkan screen tersebut dan menerima bola hand off dari pemain 1. Agar lebih optimal, pemain 2 harus melakukan V cut terlebih dahulu sebelum hand off (timing sangat penting).

Tambahan yang perlu diperhatikan dalam urutan pendesainan, guru harus mengikuti beberapa proses kebiasaan yaitu :
  1. Tak pernah mengatakan jawaban.
  2. Selalu menunggu reaksi siswa.
  3. Memberikan umpan balik.
  4. Mempertahankan suasana yang mendukung penyabar.

Demikianlah sekilas tentang model pembelajaran penemuan terbimbing yang diaplikasikan dalam pembelajaran teknik dasar permainan bola basket. Semoga ini menjadi tambahan informasi bagi kalangan insan olahraga terutama untuk para guru penjasorkes. Salam olahraga.

Sumber :
Ratumanan, Tanwey Gerson. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Edisi pertama. Surabaya: Unesa University Press
Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah:Surabaya:Unesa-University Press
Muska Mosston , Sara Ashworth, The Spectrum of Teaching Styles: From Command to Discovery, Addison-Wesley Longman Ltd
www.fiba.com
TAHAP- TAHAP PROSES PENELITIAN

1. Mengidentifikasi Masalah
2. Membuat Hipotesa
3. Studi Literature
4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
5. Membuat Definisi Operasional
6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
7. Menyusun Desain Penelitian
8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
10. Melakukan Analisa Statistik
11. Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
12. Menulis Laporan Hasil Penelitian


1. Mengidentifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.


2 Membuat Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variable yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini akan dibahas pada BAB V.


3. Studi Literature
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.


4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu tahapan yang penting karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti dapat memahami hubungan dan makna variable-variabel yang sedang diteliti.


5. Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variable-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.


6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
Yang dimaksud dengan memanipulasi variable ialah memberikan suatu perlakuan pada variable bebas dengan tujuan peneliti dapat melihat efeknya bagi variable tergantung atau variable yang dipengaruhinya. Sedang yang dimaksud dengan mengontrol variable ialah melakukan kontrol terhadap variable tertentu dalam penelitian agar variable tersebut tidak mengganggu hubungan antara variable bebas dan variable tergantung.


7. Menyusun Desain Penelitian
Apa yang dimaksud dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sample, koleksi data dan analisanya. Tanpa desain yang baik maka penelitian yang dilakukan akan tidak mempunyai validitas yang tinggi.


8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
Yang dimaksud pada bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus melakukan identifikasi alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan tujuan penelitannya. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif biasanya peneliti menggunakan kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian jenis Ex Post Facto.


9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kuesioner merupakan salah satu alat yang penting untuk pengambilan data; oleh karena itu, peneliti harus dapat membuat kuesioner dengan baik. Cara membuat kuesioner dapat dibagi dua, yaitu dari sisi format pertanyaan dan model jawaban. Disamping kuesioner, alat pengambilan data juga dapat dilakukan dengan interview. Cara-cara melakukan interview diatur secara sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau data yang berkualitas dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.


10. Melakukan Analisa Statistik
Salah satu cirri yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan pendekatan kuantitatif ialah adanya analisa statistik. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable. Sampai saat ini, analisa statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antar variable, untuk memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.


11. Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
Dengan berkembangnya teknologi komputer yang semakin canggih dan dituntutnya melakukan penelitian secara lebih cepat serta kemungkinan besarnya jumlah data, maka seorang peneliti memerlukan bantuan komputer untuk melakukan analisa data. Banyak perangkat lunak yang telah dikembangkan untuk membantu peneliti dalam melakukan analisa data, baik yang bersifat pengelohan data maupun analisanya. Salah satu program yang popular ialah program SPSS.


12. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dalam penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada para pemb
aca atau penyandang dana.

Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan OBSERVASI


Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan OBSERVASI
Tahapan observasi secara umum dapat dilakukan sebagaimana dipaparkan dibawah ini, namun tidak semua harus dilalui, sebab itu sangat tergantung pada tujuan observasi, situasi observasi, maupun metode yang kita gunakan.
Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1.       Menentukan tujuan observasi, atau tujuan penelitian yang akan dilakukan dengan observasi.
2.       Menentukan perilaku yang akan diobservasi, apakah seluruh peristiwa, atau hanya sebagian peristiwa, atau kita batasi hanya satu perilaku tertentu saja.
3.       Mendefinisikan perilaku yang akan diamati, pengertian yang jelas batas-batasnya atau yang disesuaikan dengan teori. (Kalau banya teori, boleh menggunakan satu saja).
4.       Menjabarkan pengertian perilaku atau konstruk psikologi yang akan diobservasi dalam satuan indikator yang lebih mudah untuk diamati.
5.       Menentukan metode observasi yang akan digunakan (apakah dengan intervensi atau tanpa intervensi). Jika dengan intervensi, apakah menggunakan metode partisipan, sistematik, atau eksperimen.
6.       Menentukan situasi atau setting observasi (meliputi skenario apabila menggunakan observasi dengan intervensi) waktu, durasi orang-orang yang terlibat, dan sebagainya. (Kalau setting alamiah biarkan saja).
7.       Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan observasi dengan observer lebih dari 1.
8.       Menentukan teknik pencatatan, dengan check list, anecdotal record, narrative recording, interval recording, rating scale, dan lain-lain.
9.       Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar, meskipun dilakukan beberapa kali atau oleh orang yang berbeda.
10.   Membuat format pencatatan, dimana dalam pembuatannya dapat menggunakan salah satu metode penggabungan beberapa metode, atau modifikasi beberapa teknik pencatatan.
11.   Mengadakan pengarahan pada para observer (apabila observer lebih dari satu) agar maksud observasi “dipahami sama” oleh semua observer.
12.   Mengestimasi reliabilitas dan validitas observasi.
13.   Menginterpretasikan hasil observasi dan menyusun laporan observasi.
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM dalam melakukan OBSERVASI :
1.       Kurang sistematis.
2.       Pola pikirnya tidak runtut.
3.       Tujuan observasinya tidak jelas.
4.       Target behavior-nya kurang spesifik.
5.       Tujuan, target dan indikator tidak sejalan.
6.       Pemilihan metode observasi dan metode pencatatan tidak memiliki dasar yang jelas.
7.       Definisi oprasional masih berupa konsep.
8.       Indikator perilaku tidak memiliki dasar teori yang jelas.
9.       Reliabilitas dan validitas tidak diperoleh dengan metode yang kurang tepat.
PETUNJUK dalam mengobservasi menurut Rummel, (dalam Sutrisno Hadi, 1990 : 139) :
1.       Peroleh dahulu pengetahuan, apa yang akan kita observasi.
2.       Selidikilah tujuan-tujuan yang umum maupun yang khusus dari problema-problema penelitian, gunanya untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3.       Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi.
4.       Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan.
5.       Adakan observasi secermat-cermatnya dan sekritik-kritiknya.
6.       Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah.
7.       Ketahui baik-baik alat pencatatan dan tata caranya mencatat, sebelum melakukan observasi.
Merancang Kegiatan Observasi :
Kegiatan observasi perlu direncanakan agar dalam pelaksanaan observasi tidak terjadi penyimpangan, atau mungkin pengamatan tidak fokus pada gejala yang menjadi sasaran. Oleh karena itu, dalam proposal atau perencanaan observasi mencakup beberapa aspek, yaitu :
1.       Individu yang akan diobservasi, seperti jenis kelamin, usia, kelas dan karakteristik lain yang relevan dengan tujuan observasi.
2.       Perilaku yang diamati, yang akan menjadi target observasi, meliputi definisi, indikator, serta penjabaran perilaku yang observable.
3.       Data setting, yaitu waktu, tempat, lama observasi dan setting lain yang relevan (termasuk tipe ruangan, orang-orang yang terlibat, atau orang-orang penting dalam kehidupan subjek).
4.       Metode observasi, meliputi penjelasan bagaimana observasi akan dilaksanakan, misalnya observasi natural, sistematik, partisipan, atau eksperimen.
5.       Cara pencatatan, sistem atau format pencatatan, serta apakah menggunakan narrative record, interval, atau rating scale. Dalam hal ini, format pencatatan (selain narrative record) dijelaskan beserta cara mengisi, berikut kode-kode yang digunakan (bila ada).
6.       Reliabilitas dan validitas beserta cara memperolehnya.
PETUNJUK MEMILIH TEKNIK PENCATATAN UNTUK MEMPEROLEH DATA KUANTITATIF
Teknik
Pengertian
Contoh
Keunggulan
Kelemahan
1.       Mencatat produk permanen
Mencatat bekas atau hasil perilaku yang tahan lama.
Banyaknya botol bekas, hasil perhitungan, buku yang hilang, kesed yang teranyam.
Mudah diukur, mudah dihitung reliabilitas pengukurannya.
Terbatas pada produk yang berbekas.
Teknik
Pengertian
Contoh
Keunggulan
Kelemahan
2.       Mencatat kejadian
Mengamati dan mencatat setiap ‘perilaku sasaran’ terjadi
Pencatatan dan lembar observasi cukup sederhana
Terbatas untuk perilaku diskret, yang dapat didefiisikan atau diamati mulai dan berakhirnya.
a.       Mencatat banyaknya kejadian (event recording).
Mencatata banyak atau frekuensi kejadian dalam satu waktu tertentu
Berapa kali bersin, memukul, berapa huruf atau halaman terbaca, berapa kali melintas, melihat kamus, bertanya.
Mudah dicatat dengan pensil atau kertas, abaskus, memindah benda-benda kecil, dsb.
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘lamanya’ terjadi lebih penting.
b.      Mencatat lamanya kejadian (duration recording).
Mencatat mulai dan berakhirnya suatu kejadian.
Lama bermain, menangis, memukul meja, mengerjakan soal, dsb.
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun stopwatch.
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘frekuensi terjadinya’ lebih penting.
c.       Mencatat intensitas kejadian (intensity recording).
Mencatat berapa besar taraf kejadian sesuai dengan taraf normative yang telah ditentukan.
Ruihnya kelas dalam taraf 0 bila tenang, 1 bila sebagian kecil ramai, 2 bila sebagian besar, dan 3 bila seluruh kelas ikut ramai.
Dapat dicatat kualitas perilaku yang terjadi.
d.      Mencatat latensi kejadian (latency recording)
Mencatat berapa lama suatu kejadian berlangsung, setelah ada rangsangan.
Lama waktu antara datang di tempat bermain ikut bermain, lama waktu sebelum pertanyaan di jawab (reaction time).
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun stopwatch.
3.       Interval Time Sampling (ITS)
Mencatat terjadinya perilaku pada interval yang ditentukan.
Dapat mencatat perilaku yang tidak diskret.
Hanya bermanfaat atau praktis untuk perilaku yang terjadi minimal sekali atau 15 menit.
a.       Whole Interval Time Sampling (WITS)
Menyekor bila terjadi sepenuhnya selama interval ditentukan.
Mengikuti pelajaran (on task behavior), bermain dengan damai, member pelajaran.
Dapat mendeteksi sampai kapan perilaku berlangsung tanpa interupsi.
Cenderung underestimasi.
b.      Partial Interval Time Sampling (PITS)
Menyekor asal perilaku terjadi, meskipun tidak seinterval penuh.
Mengumpat, nyeletuk, memuji.
Dapat mencatat perilaku nondiskret yang berlangsung cepat
Cenderung overestimasi.
c.       Momentary Time Sampling (MTS)
Menyekor bila terjadi pada moment interval yang ditentukan.
Perilaku-perilaku stereotip, yang persisten, lama (berhari-hari) hilangnya.
Tenaga observer tidak perlu seluruhnya tercurah untuk observasi
Tidak untuk perilaku yang berlangsung cepat.

Senin, 18 Februari 2013

Musculature
Add caption



Anatomi Otot Manusia

Sebelum anda belajar tentang jenis-jenis latihan dalam binaraga, anda harus dapat mengenali macam-macam otot-otot beserta fungsinya. Disini kami membahas otot-otot penting yang dilatih untuk membesar. Otot-otot ini dapat dikelompokkan menjadi 7 grup seperti di bawah ini. Model pengelompokkan ini nantinya bisa dipakai untuk merancang program split workout.

1. Bahu (shoulders)
  • Otot Deltoid, yakni otot yang bertugas untuk memutar dan mengangkat lengan. Otot berbentuk segitiga bundar ini terdiri atas tiga kepala, yakni anterior untuk mengangkat ke depan, middle untuk mengangkat ke samping dan posterior untuk mengangkat ke belakang. Apabila otot ini dilatih dengan baik, akan menciptakan efek V-Shape dimana bagian atas tubuh terlihat seperti huruf V - lebar di bahu, mengecil di pinggang.
  • Otot Trapezius, yakni otot di belakang leher yang memanjang sampai ke punggung. Tugasnya untuk mengangkat rangka bahu. Otot ini sangat berpengaruh dalam pose Most Muscular.
2. Dada (chest)
  • Otot Pectoralis Major, yakni otot yang bertugas untuk mendorong bahu ke depan. Fungsi utamanya adalah untuk gerakan menekan atau mendorong. Otot dada merupakan salah satu otot 'pertunjukan' bagi pria.
3. Punggung (back)
  • Otot Latissimus Dorsi, adalah otot terbesar di bagian tubuh atas manusia yang berfungsi untuk menarik bahu ke belakang dan ke bawah. Apabila otot ini dilatih dengan baik, akan menciptakan efek V-Shape dimana masing-masing sisi tubuh terlihat seperti mempunyai sayap.
  • Otot-otot punggung atas (upper back), merupakan kumpulan otot-otot yang sangat kompleks dan saling bertindihan. Otot-otot ini berfungsi sebagai penggerak bahu (rotator cuff) dan menjaga tubuh supaya tegak.
  • Otot-otot punggung bawah (lower back), merupakan kumpulan otot-otot di punggung sebelah bawah yang bertugas untuk menegakkan tubuh. Apabila otot ini dilatih dengan baik, maka punggung bawah anda akan terlihat seperti pohon natal. Otot-otot ini adalah termasuk otot yang paling lambat pulih dari latihan.
4. Perut (abdominals)
  • Otot Rectus Abdominis, yakni otot yang membentang sepanjang perut. Fungsinya untuk menekuk tubuh. Penampakan otot ini menjadi indikasi kebugaran tubuh karena otot ini hanya terlihat jika kandungan lemak tubuh di bawah 15%. Di dunia fitness, muncul istilah populer Six Packs, yang menunjukkan otot perut yang terbentuk atas 6 bagian yang  menyerupai papan cucian (washboard). Namun demikian bentuk otot perut ini tidak sama untuk setiap orang. Apakah anda nantinya memiliki Six Packs, Five Packs atau Four Packs tergantung kepada genetika anda. Tapi kalau One Packs, itu nama lain dari perut yang membulat karena gendut.
  • Otot External Obliques, yakni otot kecil di sisi perut yang berfungsi untuk memutar dan menekuk tubuh. Otot ini sebaiknya tidak perlu diberi latihan tambahan karena jika ia membesar, otomatis ukuran pinggang anda akan membesar dan ini akan merusak efek V-Shape yang anda cari.
Kumpulan dari otot-otot perut, hip flexors dan punggung bawah disebut juga dengan otot inti (core) karena fungsinya untuk menopang, menegakkan dan menjaga keseimbangan tubuh.
5. Lengan (arms)
  • Otot Biceps, yakni otot lengan atas yang berfungsi untuk menekuk lengan. Otot ini adalah otot yang paling digemari dan diimpikan. Ketika seseorang diminta untuk menunjukkan ototnya, maka ia tidak menunjukkan otot dada atau otot pahanya, tetapi yang pertama kali ia lakukan adalah menunjukkan otot Biceps ini. Otot Biceps mempunyai dua kepala, pendek dan panjang. Selain itu ada juga yang namanya Brachialis, yakni otot kecil yang terletak di sebelah luar.
  • Otot Triceps, yakni otot lengan atas yang berfungsi untuk meluruskan lengan. Karena letaknya menghadap belakang, maka otot ini sering tidak diperhatikan. Padahal otot ini menyumbang 2/3 dari keseluruhan otot lengan atas. Oleh sebab itu jika anda ingin memiliki lengan yang besar, maka utamakanlah otot Triceps. Otot yang terdiri atas tiga kepala ini jika dilatih dengan baik akan menyerupai seperti sepatu kuda (horseshoe).
  • Otot-otot lengan bawah (forearms), yakni terdiri atas beberapa otot kecil yang kompleks yang bertugas untuk memutar dan menggerakkan tangan.
6. Paha dan Pinggul (thighs & glutes)
  • Otot Quadriceps, adalah otot manusia yang paling besar. Fungsinya untuk meluruskan kaki. Otot ini terletak di bagian depan paha dan terdiri atas 4 kepala, yakni Rectus Femoris, Vastus Intermedius, Vastus Medialis dan Vastus Lateralis. Jika dilatih dengan baik, bentuk dua kepala otot yang terakhir ini akan menyerupai tetesan air mata (teardrop).
  • Otot Biceps Femoris (hamstrings), yakni otot yang terletak di bagian belakang paha. Fungsinya untuk menekuk kaki. Otot ini termasuk yang paling sering dilupakan karena letaknya yang tidak terlihat.
  • Otot Glutes Maximus, yakni otot pantat yang memungkinkan manusia menjadi satu-satunya makhluk hidup yang bisa berdiri dan berjalan tegak. Sebagian besar pria menghindari otot pantat yang terlalu besar.
7. Betis (calves)
  • Otot Gastrocnemius, yakni otot betis yang paling menonjol yang letaknya ada di bagian belakang betis berbentuk seperti intan (diamond). Tugasnya adalah untuk menggerakkan telapak kaki. Otot betis merupakan otot yang paling bandel untuk dilatih. Akan tetapi tidak ada fisik yang lengkap tanpa otot betis yang berkembang dengan baik.