Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan OBSERVASI
Tahapan-tahapan
dalam Pelaksanaan OBSERVASI
Tahapan observasi secara umum dapat dilakukan sebagaimana
dipaparkan dibawah ini, namun tidak semua harus dilalui, sebab itu sangat
tergantung pada tujuan observasi, situasi observasi, maupun metode yang kita gunakan.
Adapun tahapan-tahapan
tersebut sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan observasi, atau tujuan penelitian yang akan dilakukan
dengan observasi.
2. Menentukan perilaku yang akan diobservasi, apakah seluruh peristiwa,
atau hanya sebagian peristiwa, atau kita batasi hanya satu perilaku tertentu
saja.
3. Mendefinisikan perilaku yang akan diamati, pengertian yang jelas
batas-batasnya atau yang disesuaikan dengan teori. (Kalau banya teori, boleh
menggunakan satu saja).
4. Menjabarkan pengertian perilaku atau konstruk psikologi yang akan
diobservasi dalam satuan indikator yang lebih mudah untuk diamati.
5. Menentukan metode observasi yang akan digunakan (apakah dengan
intervensi atau tanpa intervensi). Jika dengan intervensi, apakah menggunakan
metode partisipan, sistematik, atau eksperimen.
6. Menentukan situasi atau setting observasi (meliputi skenario apabila
menggunakan observasi dengan intervensi) waktu, durasi orang-orang yang
terlibat, dan sebagainya. (Kalau setting alamiah biarkan saja).
7. Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan observasi dengan
observer lebih dari 1.
8. Menentukan teknik pencatatan, dengan check list, anecdotal record,
narrative recording, interval recording, rating scale, dan lain-lain.
9. Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar, meskipun
dilakukan beberapa kali atau oleh orang yang berbeda.
10. Membuat format pencatatan, dimana dalam pembuatannya dapat menggunakan
salah satu metode penggabungan beberapa metode, atau modifikasi beberapa teknik
pencatatan.
11. Mengadakan pengarahan pada para observer (apabila observer lebih dari
satu) agar maksud observasi “dipahami sama” oleh semua observer.
12. Mengestimasi reliabilitas dan validitas observasi.
13. Menginterpretasikan hasil observasi dan menyusun laporan observasi.
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM dalam
melakukan OBSERVASI :
1. Kurang sistematis.
2. Pola pikirnya tidak runtut.
3. Tujuan observasinya tidak jelas.
4. Target behavior-nya kurang spesifik.
5. Tujuan, target dan indikator tidak sejalan.
6. Pemilihan metode observasi dan metode pencatatan tidak memiliki dasar
yang jelas.
7. Definisi oprasional masih berupa konsep.
8. Indikator perilaku tidak memiliki dasar teori yang jelas.
9. Reliabilitas dan validitas tidak diperoleh dengan metode yang kurang
tepat.
PETUNJUK dalam mengobservasi
menurut Rummel, (dalam Sutrisno Hadi, 1990 : 139) :
1. Peroleh dahulu pengetahuan, apa yang akan kita observasi.
2. Selidikilah tujuan-tujuan yang umum maupun yang khusus dari
problema-problema penelitian, gunanya untuk menentukan apa yang harus
diobservasi.
3. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi.
4. Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan.
5. Adakan observasi secermat-cermatnya dan sekritik-kritiknya.
6. Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah.
7. Ketahui baik-baik alat pencatatan dan tata caranya mencatat, sebelum
melakukan observasi.
Merancang Kegiatan Observasi
:
Kegiatan observasi perlu direncanakan agar dalam
pelaksanaan observasi tidak terjadi penyimpangan, atau mungkin pengamatan tidak
fokus pada gejala yang menjadi sasaran. Oleh karena itu, dalam proposal atau
perencanaan observasi mencakup beberapa aspek, yaitu :
1. Individu yang akan diobservasi, seperti jenis kelamin, usia, kelas dan
karakteristik lain yang relevan dengan tujuan observasi.
2. Perilaku yang diamati, yang akan menjadi target observasi, meliputi
definisi, indikator, serta penjabaran perilaku yang observable.
3. Data setting, yaitu waktu, tempat, lama observasi dan setting lain yang
relevan (termasuk tipe ruangan, orang-orang yang terlibat, atau orang-orang
penting dalam kehidupan subjek).
4. Metode observasi, meliputi penjelasan bagaimana observasi akan
dilaksanakan, misalnya observasi natural, sistematik, partisipan, atau
eksperimen.
5. Cara pencatatan, sistem atau format pencatatan, serta apakah
menggunakan narrative record, interval, atau rating scale. Dalam hal ini,
format pencatatan (selain narrative record) dijelaskan beserta cara mengisi,
berikut kode-kode yang digunakan (bila ada).
6. Reliabilitas dan validitas beserta cara memperolehnya.
PETUNJUK MEMILIH TEKNIK PENCATATAN UNTUK MEMPEROLEH DATA KUANTITATIF
Teknik
|
Pengertian
|
Contoh
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1.
Mencatat produk permanen
|
Mencatat bekas atau hasil perilaku yang tahan
lama.
|
Banyaknya botol bekas, hasil perhitungan,
buku yang hilang, kesed yang teranyam.
|
Mudah diukur, mudah dihitung reliabilitas
pengukurannya.
|
Terbatas pada produk yang berbekas.
|
Teknik
|
Pengertian
|
Contoh
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
2. Mencatat kejadian
|
Mengamati dan mencatat setiap ‘perilaku
sasaran’ terjadi
|
|
Pencatatan dan lembar observasi cukup
sederhana
|
Terbatas untuk perilaku diskret, yang dapat
didefiisikan atau diamati mulai dan berakhirnya.
|
a. Mencatat banyaknya kejadian (event
recording).
|
Mencatata banyak atau frekuensi kejadian
dalam satu waktu tertentu
|
Berapa kali bersin, memukul, berapa huruf
atau halaman terbaca, berapa kali melintas, melihat kamus, bertanya.
|
Mudah dicatat dengan pensil atau kertas,
abaskus, memindah benda-benda kecil, dsb.
|
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘lamanya’
terjadi lebih penting.
|
b. Mencatat lamanya kejadian (duration
recording).
|
Mencatat mulai dan berakhirnya suatu
kejadian.
|
Lama bermain, menangis, memukul meja,
mengerjakan soal, dsb.
|
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun
stopwatch.
|
Tidak cocok untuk perilaku yang ‘frekuensi
terjadinya’ lebih penting.
|
c. Mencatat intensitas kejadian (intensity
recording).
|
Mencatat berapa besar taraf kejadian sesuai
dengan taraf normative yang telah ditentukan.
|
Ruihnya kelas dalam taraf 0 bila tenang, 1
bila sebagian kecil ramai, 2 bila sebagian besar, dan 3 bila seluruh kelas
ikut ramai.
|
Dapat dicatat kualitas perilaku yang terjadi.
|
|
d. Mencatat latensi kejadian (latency recording)
|
Mencatat berapa lama suatu kejadian berlangsung,
setelah ada rangsangan.
|
Lama waktu antara datang di tempat bermain
ikut bermain, lama waktu sebelum pertanyaan di jawab (reaction time).
|
Dapat dicatat dengan jam biasa maupun
stopwatch.
|
|
3. Interval Time Sampling (ITS)
|
Mencatat terjadinya perilaku pada interval
yang ditentukan.
|
Dapat mencatat perilaku yang tidak diskret.
|
Hanya bermanfaat atau praktis untuk perilaku
yang terjadi minimal sekali atau 15 menit.
|
|
a. Whole Interval Time Sampling (WITS)
|
Menyekor bila terjadi sepenuhnya selama interval
ditentukan.
|
Mengikuti pelajaran (on task behavior),
bermain dengan damai, member pelajaran.
|
Dapat mendeteksi sampai kapan perilaku
berlangsung tanpa interupsi.
|
Cenderung underestimasi.
|
b. Partial Interval Time Sampling (PITS)
|
Menyekor asal perilaku terjadi, meskipun
tidak seinterval penuh.
|
Mengumpat, nyeletuk, memuji.
|
Dapat mencatat perilaku nondiskret yang
berlangsung cepat
|
Cenderung overestimasi.
|
c. Momentary Time Sampling (MTS)
|
Menyekor bila terjadi pada moment interval
yang ditentukan.
|
Perilaku-perilaku stereotip, yang persisten,
lama (berhari-hari) hilangnya.
|
Tenaga observer tidak perlu seluruhnya
tercurah untuk observasi
|
Tidak untuk perilaku yang berlangsung cepat.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar