Kamis, 04 Oktober 2012

asupan gizi sepak bola


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sepak bola merupakan cabang olahraga yang paling menarik di dunia. Menurut Luxbacher (2004: V), “Untuk memberikan bayangan tentang popularitas sepakbola, lebih dari dua biliun pemirsa televisi menyaksikan kesebelasan Brasil mengalahkan Italia pada final World Cup 1994. Bandingkan jumlah tersebut dengan 750 juta pemirsa yang menyaksikan final NFL Super Bowl 1993, 350 juta pemirsa menyaksikan Final Wimbeldon.”
Pembinaan sepakbola sendiri di bawah naungan PSSI, namun belum menampakkan hasil yang dapat dibanggakan dan mampu bersaing di kancah Internasional. Sepakbola di Indonesia dewasa ini dikatakan belum bisa bersaing dengan Negara-negara Asia, ini perlu dipikirkan oleh pelatih, psikolog, dan ahli gizi. Selain faktor pelatih dan psikolog, faktor gizi juga mempunyai peran penting dalam menciptakan pemain sepakbola yang handal.
Gizi berasal dari bahasa Arab “Giza” yang berarti zat makanan. Lebih luas gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernakan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh, serta menghasilkan tenaga (Djoko. 2007:2).
Di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada tahun 1995 sekitar 35,4 % anak-anak balita di Indonesia terjadi masalah kurang energi protein dan meningkat menjadi 39,8% pada tahun 1998 (Supariasa, 2002:1).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier. 2001:9). Asupan makanan yang berlebihan dapat menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Susunan makanan yang salah dalam jumlah kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah merupakan faktor utama (primer) masalah gizi. Akibat dari kurangnya asupan makanan baik dalam kuantitas maupun kualitas dapat menyebabkan gangguan terhadap proses-proses: pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, perilaku.struktur dan pola otak.
Prestasi yang optimal dapat diperoleh dengan menyusun perencanaan makanan jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek yang dijabarkan dalam program perencanaan makanan atlet. Pengaruh makanan terhadap kinerja atlet masih sering diterapkan di lapangan, misalnya seorang atlet baru merasa siap bertanding jika telah makan (susu, telur mentah, madu) sebelum bertanding, yang justru akan merugikan atlet itu sendiri. Teori J Von Leibig mengatakan bahwa protein adalah sumber tenaga dari kerja otot.(Elanor, dalam Djoko 2007:95). Berdasarkan pada teori itu ada pelatih yang mengharuskan atletnya makan berpuluh-puluh telur atau beberapa ekor daging ayam untuk menambah kekuatan fisiknya, padahal diet tinggi protein tidak akan meningkatkan masa otot dan memperbaiki kinerja atlet. Protein bukan merupakan makanan sumber energi siap pakai, metabolisme protein akan meningkatkan kinerja ginjal yang seharusnya tidak perlu, maka makanan dengan protein tinggi tidak diperlukan dalam masa berlatih maupun bertanding.
Menyangkut masalah atlet, anak-anak, dan gizi, bagi mereka asupan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi mutlak diperlukan untuk memelihara, menjaga kesehatan dan performance yang optimal. Makanan yang seimbang bagi olahragawan sesuai cabang yang digelutinya akan dapat menampilakan peak performance yang sesuai harapan atlet, karena setiap cabang olahraga kebutuhan akan kalori tidak sama dari olahraga satu keolahraga lainya.
Anak-anak, tidak seperti orang dewasa, membutuhkan nutrisi dan kalori lebih untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka. Meskipun demikian, berat badan ideal merupakan suatu keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibuang. Anak-anak yang makan sejumlah kalori yang mereka butuhkan untuk aktivitas sehari-hari dan pertumbuhan yang normal, akan mengalami penambahan berat badan yang sesuai dengan pertambahan tinggi badan mereka.  Akan tetapi anak-anak yang makan lebih banyak kalori daripada yang mereka butuhkan, akan mendapatkan penambahan berat badan lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menopang penambahan postur tubuh mereka.
Pada anak-anak permasalahan makan yang sering terjadi adalah sulitnya makan dengan teratur sesuai kualitas dan kuantitas makanan. Anak sekolah sering tidak sarapan terlebih dahulu dengan alasan tergesa-gesa, sudah terlambat. Apalagi remaja putri yang ingin menjaga tubuhnya tetap langsing sering meninggalkan pola makan dengan alasan takut gemuk, tampak tidak menarik dsb.  
Dilapangan sering terjadi anak-anak yang mengeluh pusing, atau capek jika latihan sedang berlansung. Faktor makanan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya pusing atau badan yang lemas oleh karena itu makanan yang berkualitas dan kuantitas sangat diperlukan untuk menunjang aktifitas mereka.
Bukanlah berlebihan bilamana dikatakan pada umumnya baik pelatih maupun olahragawan kita masih kurang menaruh perhatian terhadap masalah gizi atau persoalan yang menyangkut kebutuhan sebenarnya konsumsi makanan atlet, mereka lebih banyak mendasarkan pada kebiasaan maupun tradisi lingkungan yang telah berakar tanpa adanya usaha perbaikan (Soegianto, 1981:4). Untuk itulah kita sebagai manusia yang kompeten di bidang olahraga tidak boleh menganggap sepele masalah makanan bagi atlet maupun anak-anak.
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:
1.      Seberapa timpangnya asupan kalori dengan aktifitas sehari-hari.
2.      Apakah nilai gizi telah memenuhi standart nilai kecukupan gizi.
3.      Apakah anak-anak mengerti akan makanan yang mereka makan.
4.      Apakah makanan yang dimakan sudah sesuai dengan kebutuhan anak.
5.      Cara mengevaluasi angka kecukupan kalori sehari-hari.
C.    Batasan Masalah
 Perlu batasan permasalahan untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, sehingga  ruang lingkup dari penelitian ini menjadi lebih jelas. Subjek permasalahan dalam penelitian ini adalah kecukupan makanan sumber energi para anak didik SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY.
D.    Perumusan Masalah
Atas dasar pembatasan masalah seperti tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuska adalah: seberapa besar kecukupan makanan sumber energi (calory intake) anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY seimbang dengan kebutuhan energi aktifitas mereka (calory expenditure).

E.     Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai (Suharsini Arikunto, 2002:51). Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mengetahui kecukupan kalori anak-anak  SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY.
F.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap pelatih-pelatih SSB, pelatih–pelatih sepakbola, ataupun para orang tua anak. Penelitian ini akan mempunyai kegunaan sebagain berikut:
  1. Memberi informasi kepada anak untuk mengatur keseimbangan pola makan dengan kegiatan seharĂ­-hari.
  2. Sumbangsih mahasiswa PKO untuk dunia olahraga.
  3. Sebagai pertimbangan dalam mengatur gizi atlet.
  4. Sebagai pertimbangan dalam menyusun menu sehari-hari.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Deskripsi Teori
1.      Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan permainan kelompok yang terdiri atas sebelas pemain dengan 1 penjaga gawang, dan dimainkan dalam waktu 45 menit kali 2 dengan waktu istirahat tidak lebih dari 15 menit. Didalam permainan sepakbola pemain boleh menggunakan seluruh badan kecuali lengan (terkecuali penjaga gawang).
Permainan sepakbola yang memakan waktu yang relatif lama ini membutuhkan energi/kalori yang sangat tinggi yang dapat diperoleh dari asupan makanan sehari-hari, sehingga kebugaran dalam bermain, berlatih akan tetap terjaga dan dapat dioptimalkan. Para pemain sepakbola membutuhkan energi yang tinggi guna mendukung gerakan lari, dribbling, heading, bahkan bodi kontek dengan lawan. Permainan sepakbola erat hubungannya dengan kebugaran tubuh. Kecepatan, kekuatan, power, kelincahan, daya tahan aerobic maupun anaerobic, oleh sebab itu para pemain sepakbola diharapkan memiliki tubuh yang ideal, kuat, tinggi , lincah, memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang normal dengan Tinggi Badan (TB) di atas rata-rata dan masa lemak tidak boleh berlebihan.
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan kerja/aktifitas diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikomsumsi sehari-hari, oleh karena itu kebugaran dan pertumbuhan seseorang tidak bisa lepas dari faktor gizi. Untuk mendapatkan pemain yang baik dan kebugaran yang prima memerlukan latihan yang terarah dan dalam waktu jangka panjang. Semua usaha diatas akan menjadi lebih baik dan berguna jika diberi asupan kalori yang seimbang dan lebih dari pada asupan kalori pada orang biasa.
2.      Gizi
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan ke dalam tubuh (Almatsier, 2001:3). Makanan mempunyai 3 kegunaan dalam tubuh atau yang biasa disebut TRI GUNA MAKANAN adalah: makanan sumber tenaga (karbohidrat, lemak, dan protein), makanan sumber zat pembangun (protein dan air) makanan sebagai zat pengatur (vitamin dan mineral).
Gizi adalah suatau proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernakan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta menghasilkan tenaga untuk aktifitas (Djoko, 2006:2).
Gizi adalah sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Tubuh manusia mendapatkan gizi dari makanan yang mereka konsumsi yang berasal dari hewani dan nabati. Zat gizi tesebut adalah karbohidrat, protein, dan lemak yang sering disebut zat gizi makro, serta vitamin dan mineral yang sering disebut sebagai zat gizi mikro. Juga diperlukan air dan mineral untuk memperlancar proses metabolisme. Tubuh manusia memerlukan beraneka ragam zat gizi untuk mendapatkan angka kecukupan gizi yang seimbang, tetapi kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu juga dapat merugikan tubuh manusia, oleh karena itu maka perlu disusun perencanaan pola makan yang benar. Makanan yang seimbang telah mengandung zat pembangun, zat pengatur, dan zat tenaga. Zat tenaga dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktifitas sehari-hari, terdapat pada karbohidrat dan lemak. Zat pembangun atau protein untuk mengganti dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Zat pengatur untuk proses metabolisme atau bekerjanya  fungsi organ tubuh yang terdapat pada sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin dan mineral.
Gizi yang seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal. Disamping “4 Sehat 5 Sempurna”, pola makan yang mengikuti “13 Pesan Dasar Gizi Seimbang” sangat dianjurkan untuk mendapatkan angka kecukupan gizi ( Disampaikan pada Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI, Sabtu 21 September 2002: www.gizi.net/cgi/bin.fullnews).
a.       Makanlah aneka ragam makanan.
Makan yang beraneka ragam akan saling melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai makanan, yang menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b.      Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
c.       Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
Dianjurkan menggunakan sumber karbohidrat kompleks (padi-padian,    umbi-umbian dan tepung-tepungan) daripada karbohidrat murni (gula).
d.      Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Lemak dan minyak berguna untuk meningkatkan sumber energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K serta menambah lezatnya hidangan. Dianjurkan menggunakan lemak dan minyak nabati, karena mudah dicerna oleh tubuh.


e.       Gunakan garam beryodium.
Garam beryodium adalah garam natrium yang diperkaya dengan kalium yodida, sebanyak 30-80 ppm. Setiap keluarga dianjurkan menggunakan garam beryodium untuk memasak/mengolah makanan agar tidak terjadi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
f.       Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi/Fe adalah salah satu unsur penting untuk membentuk hemoglobin (Hb) atau sel darah merah. Kurang zat besi dapat menyebabkan anemia. Sumber zat besi yang baik berasal makanan hewani (heme-iron) dibandingkan dengan makanan nabati (nonheme-iron).
g.      Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan.
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena kandungan gizinya lengkap, mengandung zat kekebalan dan memberikan ASI akan mempererat jalinan kasih sayang ibu dan bayinya.
h.      Biasakan makan pagi.
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat karena memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja, dan meningkatkan produktivitas kerja.
i.        Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
Air minum harus bersih dan bebas kuman dengan cara mendidihkan atau diproses dengan alat (air minum dalam kemasan). Fungsi air minum dalam tubuh adalah untuk memperlancar transportasi zat gizi, mengatur keseimbangan cairan, dan mineral.
j.        Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
Kegiatan fisik dan olahraga (setiap hari jalan kaki) sangat dianjurkan untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru, dan otot serta memperlambat proses menua.
k.      Hindari minum minuman alkohol.
Alkohol hanya mengandung energi, tanpa zat gizi lain. Kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan: kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan syaraf otak dan jaringan serta menyebabkan kecanduan.
l.        Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan masyarakat.
m.    Bacalah label pada makan yang dikemas.
Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis, dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain. Hal tersebut sangat membantu konsumen pada saat memilih dan membeli makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan kondisi kesehatan konsumen.
Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, dan lingkungan. Pada dasarnya nutrisi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a.       Makro nutrisi merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang banyak meliputi: karbohidrat, lemak sebagai sumber energi dan protein sebagai pemelihara dan memperbaiki jaringan tubuh seperti kulit, otot, dan rambut.
b.      Mikro nutrisi merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit meliputi: vitamin dan mineral yang berperan memperlancar proses-proses di dalam tubuh. Jangan lupa minum air yang membantu tubuh untuk menggunakan nutrisi secara lebih efektif.
3.      Aktivitas harian (Calory Expendikture)
Calory expenditure adalah energi yang dipergunakan untuk aktifitas fisik sehari-hari sesuai dengan peran masing-masing orang dalam kehidupan bermasyarakat (Djoko, 2003:1). Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 kkal atau 1,5 lebih banyak kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh yang relatif sama, sepak bola dikatagorikan melakukan aktifitas berat (www. Gizinet.com. Desember 2002).


Untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan setiap orang dapat menggunakan beberapa cara antara lain:
a.       Membaca tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG).
AKG merupakan cara paling praktis, namun memiliki keterbatasan antara lain: (1) berat badan tertentu saja (apabila berat badan tidak tersedia gunakan berat badan terdekat), (2) hanya dapat digunakan orang sehat pada umumnya.
b.      Prediksi berdasarkan BMR (Basal Metabolik Rate).
BMR adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik fisik maupun mental, berbaring namun tidak tidur dalam suhu ruangan 25o C (Darwin, 1998: 7). Energi tersebut digunakan untuk berbagai fungsi vital tubuh seperti: pencernakan, pengaturan suhu tubuh, pernafasan, peredaran darah, dll.
BMR seseorang dapat dihitung dengan cara = berat badan X 24 kalor. Kebutuhan kalori perhari dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR sebagai berikut:





Tabel 1. Kebutuhan Energi Berdasarkan BMR
Tingkat aktifitas
Jenis aktifitas
Kebutuhan energi/hari (kalori)
Sangat ringan
Tidur, berbaring, duduk, menulis, mengetik
BMR + 30%
Ringan
Menyapu, menjahit, mencuci piring, menghias ruang
BMR + 50%
Sedang
Mencangkul, menyabit rumput
BMR + 75%
Berat
Menggergaji pohon dengan gergaji tangan
BMR + 100%
Berat sekali
Mendaki gunung, menarik becak
BMR + 125%










c.       Perhitungan berdasarkan komponen penggunaan energi.
Komponen yang diperlukan unutk perhitungan kebutuhan energi meliputi:
1)      Basal Metabolic Rate (BMR).
2)      Specific Dynamic Action (SDA).
SDA adalah banyaknya energi yang diperlukan untuk proses metabolisme makanan sebesar 10%.
3)      Aktifitas Sehari-hari.
Aktifitas sehari-hari adalah kegiatan rutin termasuk aktifitas berolahraga.
4)      Pertumbuhan.
Anak-anak sampai usia 18 tahun memerlukan tambahan energi untuk proses pertumbuhan.
4.      Calory intake
Calory intake berupa zat makanan yang menghasilkan energi guna melakukan aktifitas (Djoko:2003:1). Zat-zat yang terkandung dalam makanan adalah sebagai berikut:
1.      Karbohidrat
Sumber energi utama pada tubuh manusia adalah karbohidrat (sekitar 80%).Menurut Soegeng (1999:108) “Semua karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)”. Karbohidrat yang tidak dicerna berfungsi memberikan volume  kepada lambung dan usus sehingga menimbulkan rasa kenyang, memberikan rangsangan mekanik, dan melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja. Karbohidrat berlebih akan disimpan sebagai glikogen dalam otot dan hati, yang digunakan jika tubuh melakukan aktifitas tinggi.
2.      Protein
Protein merupakan senyawa kimia yang tersusun atas atom-atom C, H, O, dan N. Menurut Djoko (2007:13) “ Protein merupakan bahan utama pembentuk sel tumbuhan, hewan, dan manusia, kurang lebih  zat padat tubuh adalah protein, oleh karena itulah makan protein disebut sebagai zat pembangun”. Protein dari sudut fungsi fisiologik yaitu berhubungan dengan daya dukung bagi pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan dapat dibedakan menjadi:
a.       Protein sempurna, bila protein sanggup mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan. Sangat diperlukan pada masa pertumbuhan.
b.      Protein setengah sempurna, bila protein sanggup  mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan badan. Protein yang memelihara jaringan yang rusak.
c.       Protein tidak sempurna, bila sama sekali tidak sanggup menyokong pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan.
3.      Lemak
Lemak merupakan senyawa kimia yang tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O. Menurut Djoko (2007:10) “Lemak adalah garam yang terjadi dari penyatuan asam lemak dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin”. Berdasarkan membentukannya, lemak dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Lemak esensial (tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sehingga harus ada dalam makanan).
b.      Lemak non esensial (dapat dihasilkan oleh tubuh melaui proses interkonverssi makanan).
4.      Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik, seperti: pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan reproduksi (Djoko,2005:15). Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari bahan makanan. Vitamin digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
a.       Vitamin larut dalam air
Vitamin B dan C merupakan vitamin yang larut dalam air, jenis vitamin ini tidak dapat disimpan dalam tubuh, kelebihan vitamin ini akan dibuang melalui urin.
b.      Vitamin larut dalam lemak
Vitamin A, D, E, dan K merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin ini disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar terutama dalam hati.
5.      Mineral
Kurang lebih 4% tubuh manusia terdiri atas mineral. Menurut Djoko (2007:18-19) “Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan metabolisme”.
Seorang olahragawan harus memperhatihan antara sumber makanan yang diserap dan aktifitas keseharian yang dilakukanya, supaya dalam berlatih dan bertanding dapat mencapai hasil yang optimal. Calory intake yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, sedangkan jika calory intake terlalu sedikit maka dapat terjadi: pertumbuhan tidak optimal, mudah terserang penyakit, lemas dan tidak bergairah dalam aktifitas, dll.
5.      Hakekat Anak-anak
Makanan pada anak-anak harus lebih diperhatikan zat gizinya  terutama protein yang membantu proses pertumbuhan tinggi badan, selain penyediaan untuk asupan pertumbuhan otak dan kecerdasan. Anak-anak biasanya susah makan (tidak mau makan) yang menggangu pertumbuhan mereka. Kebiasaan anak yang tidak makan secara teratur 3 x sehari akan menyebabkan lambung kosong, kadar gula darah menurun, lemas, sulit konsentrasi, gairah belajar menurun. Untuk mendapatkan makan yang seimbang memerlukan komponen gizi sebagai berikut: karbohidrat 60%, lemak 25%, dan protein 15% ditambah air dan mineral.


Pada masa anak-anak terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat, keduanya beriringan secara paralel. Menurut Supariasa, (2002:27). “Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik, sedangkan perkembangan pada aspek pematangan organ, terutama kemampuan system syaraf pusat. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ada dua yaitu faktor internal dan faktor ekternal seperti status gizi.
B.     Penelitian yang Relevan
Terkait dengan penelitian tentang status gizi SSB PUSPOR SELABORA UNY, penelitian yang relevan:
  1. “Nilai Gizi Makanan Sehari-hari Pada Atlet Yunior Bola Voli Yuso Yogyakarta”, oleh Ismed Syamri, (2000). Penelitian tersebut bertujuan untuk menunjukan kelebihan dan kekurangan zat gizi pada atlet yunior klub bola voli Yuso Yogyakarta. Dengan hasil sebagai berikut: Pada kelompok putra terdapat kelebihan pospor +590,0 mg, vitamin A+3851,93 SI dan kekurangan energi -530,17 kalori. Kelompok putri kelebihan protein +61,278 g, pospor +417,802 mg, vitamin A+1410,75 SI dan kekurangan energi  -572,21 kalori, kalsium -135,571 mg, vitaqmin B12 _0,38707 mg.
  2. “Keseimbangan Antara Calory Expenditure dengan Calory Intake Mahasiswa FIK UNY”, oleh Djoko Pekik Irianto, (2003). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keseimbangan antara calory expenditure dengan calory intake mahasiswa FIK UNY. Dengan hasil besarnya calory expenditure mahasiswa FIK UNY tidak seimbang dengan besarnya calory intake.
C.    Kerangka Berpikir
Energi yang diperlukan untuk kinerja fisik diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikomsumsi sehari-hari. Penentu kualitas pertumbuhan dan kualitas kinerja fisik tergantung pada energi dari hasil metabolisme tersebut. Makanan masuk ke dalam tubuh, didalam tubuh terjadi proses metabolisme  untuk menghasilkan energi dan cadangan energi yang berupa ATP, PC, Glikogen, dan lemak.
Sepakbola merupakan aktivitas fisik berat dengan penggunaan energi 7,5-9,9 kal/menit (Komisi Gizi Olahraga, 1979:4). Pemain sepakbola dalam sehari-harinya juga memerlukan tambahan kalori 4.500 kalori atau 1,5 lebih besar dibandingkan orang yang berumur dan postur tubuh yang relatif sama, maka perlu diperhatikan keseimbangan gizinya untuk menghindari kekurangan maupun kelebihan gizi(Gizi Atlet Sepakbola, 2002).
Menghitung aktifitas energi sehari-hari (calory expenditure) pada anak-anak dapat dijadikan dasar penetuan kebutuhan kalori mereka (calory intake). Sifat bermain pada anak biasanya mengakibatkan mereka kekurangan gizi yang dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti: kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, anemia gizi besi, ganguan akibat kekurangan yodium. Konsumsi makanan yang seimbang akan memperoleh hasil yang optimal.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, adalah studi tentang status. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan situasi yang saat ini sedang berlangsung, tanpa maksud tertentu. Metode yang digunakan adalah metode survay dengan teknik tes angket (questioner), yaitu dengan mengumpulkan data aktifitas sehari-hari dan makanan yang dimakan oleh anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY, yang berguna untuk mengetahui asupan makanan sumber energi anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY.
B.     Definisi Operaional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004: 38). Variable adalah objek penelitian (titik perhatian).
  1. Kecukupan Makanan
Kecukupan makanan adalah keseimbangan antara energi yang diperlukan untuk aktifitas sehari-hari dan asupan nutrisi yang akan diolah menjadi energi. Gizi buruk dan obesitas terjadi jika kecukupan makanan yang dikomsumsi tidak sesuai kebutuhan individu. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
  1. Sumber Energi
Sumber energi adalah alat atau zat yang dapat menghasilkan energi. Sumber energi  kaitanya dengan makanan adalah zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup sehat. Energi dapat diperoleh dari zat-zat makanan berupa: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air, dan mineral. Contoh dari sumber energi adalah sebagai berikut:
a.       Karbohidrat: beras, gandum, jagung, kentang, singkong (karbohidrat komplek), gula, madu, soft drink (karbohidrat sederhana).
b.      Lemak: mentega, susu, keju, kuning telur (sumber hewani), buah biji, zaitun, kelapa (sumber nabati).
c.       Protein: telur, yogurt, ikan (sumber hewani),  kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah (sumber hewani).
d.      Vitamin: hati, wortel, telur (vitamin A), kentang, jeruk, roti putih (vitamin C), susu, pengaruh sinar matahari pada kulit (vitamin D), minyak nabati, biji-bijian (vitamin E).
e.       Air: air mineral yang sudah direbus.
f.       Mineral: organ, daging merah (mineral Na), sereal, sayuran, daging (mineral K), ikan kecil dengan tulang, roti (mineral Ca), daging, sea food (mineral Zn), kepiting, kerang, coklat (mineral Cu).
  1. Sekolah Sepakbola PUSPOR SELABORA FIK UNY
Kantor secretariat SSB PUSPOR Selabora FIK UNY berada dijalan Colombo No. 1 Yogyakarta, tempat latihan berada dilapangan sepakbola FIK UNY (mulai tanggal 3 Febuari 2007 berpindah ke lapangan bola kampus barat FIK UNY). Sejarah berdirinya SSB PUSPOR Selabora FIK UNY yaitu pada bulan September 1991, dengan ketua umumnya yaitu Herwin. Anak-anak yang masih aktif di SSB PUSPOR SELABORA UNY kurang lebih 54 anak. Di SSB PUSPOR Selabora UNY dibagi dalam tiga kelompok umur, yaitu:
a.       Kelompok Umur I , usia 10-12 tahun                   : +  21anak.
b.      Kelompok Umur II , usia 13-14 tahun                  : +  17anak.
c.       Kelompok Umur III , usia 15-18 tahun                : + 9 anak.
C.    Populasi dan Sampel Penelitian
  1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Suhartini Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah anak-anak 10-18 tahun  berjumah kurang lebih 54 anak yang ada di SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY.

  1. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Suhartini Arikunto, 2002:109). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh populasi yang berumur 10-18 tahun.
D.    Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
  1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Penelitian ini instrumen pokok untuk pengambilan data adalah rekaman diet (Food Recall) masing-masing anak yang dilampiri dengan aktifitas sehari-hari, dan dilengkapi dengan umur, berat badan, dan tinggi badan.
a.       Rekaman diet (Food Recall) dapat dicari dengan menulis makanan yang dimanakan setiap hari. Perhitungan nilai kalori makanan memerlukan beberapa intrumen antara lain:
1)      Nilai kalori bahan makanan.
a)      1 gram karbohidrat  menghasilkan 4 kalori.
b)      1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.
c)      1 gram protein menghasilkan 4 kalori.


2)      Daftar komposisi bahan makanan (DKBM).
DKBM merupakan tabel yang memuat berbagai jenis bahan makanan beserta kandungan gizinya. Kandungan gizi yang terbaca dalam DKBM merupakan kandungan setiap 100 gram bahan makanan.
3)      Ukuran Rumah Tangga (URT).
URT merupakan daftar bahan makanan yang diukur menggunakan 1 sendok, 1 gelas, 1 potong, 1 butir yang diubah dalam satuan gram. Cara menghitung calori intake
a)      KH = bdd/100 x urt/100 x jumlah KH x 4 = a
b)      LK = bdd/100 x urt/100 x jumlah LK x 9 = b
c)      PR = bdd/100 x urt/100 x jumlah PR x 4 = c
                     Kalori makanan = a + b + c
b.      Calory expenditure untuk anak-anak sebaiknya seimbang dengan calory intake supaya pertumbuhan tidak terganggu. Cara menetukan kalori yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari (Calori expendikture):
1)      Hitung besarnya BMR.
Besarnya BMR dapat dihitung dengan mengalikan  Berat badan x 24 kalori., untuk lebih  tepatnya menggunakan tabel di sebagai berikut:


Tabel 1. BMR Laki-laki.

Jenis Kelamin
Berat Badan
Energi (kalori)
10-18 tahun
18-30 tahun
30-60 tahun
Laki-laki
55
1625
1514
1499
60
1713
1589
1556
65
1801
1664
1613
70
1889
1739
1670
75
1977
1814
1727
80
2065
1889
1785
85
2154
1964
1842
90
2242
2039
1889
(Sumber: Djoko, 2007)
Pada tabel di atas, apabila orang tersebut memiliki berat badan 67 kg atau 67,5 kg, maka orang tersebut masuk dalam katagori berat badan  65, tetapi jika orang tersebut memiliki berat badan 68, maka orang tersebut masuk dalam katagori berat badan 70. Disini diambil pendekatan paling dekat dengan nerat badan.


Tabel 2. BMR Perempuan
Jenis Kelamin
Berat Badan
Energi (kalori)
10-18 tahun
18-30 tahun
30-60 tahun
Perempuan
40
1224
1075
1167
45
1291
1149
1207
50
1357
1223
1248
55
1424
1296
1288
60
1491
1370
1329
65
1557
1444
1369
70
1624
1516
1410
75
1691
1592
1450

(Sumber: Djoko, 2007:52)
2)      Hitung SDA.
Besarnya SDA = 10 % BMR
Formulasi = BMR + SDA ( 10% BMR)
3)      Hitung Energi Aktifitas harian (untuk kerja).
Energi aktifitas fisik = Faktor aktifitas fisik harian x (BMR=SDA)
Besarnya faktor aktifitas fisik baca tabel berikut:


Tabel 3. Faktor Aktifitas Fisik
Aktifitas
Jenis aktifitas
Laki-laki
Perempuan
Istirahat
Tidur, berbaring, duduk
1.2
1.2
Ringan Sekali
Menulis, mengetik
1.4
1.4
Ringan
Menyapu, menjahit, mencuci piring, menghias ruang
1.5
1.5
Ringan-Sedang
Sekolah, kuliah ,kerja kantor.
1.7
1.6
Sedang
Mencangkul, menyabit rumput
1.8
1.7
Berat
Menggergaji pohon dengan gergaji tangan
2.1
1.8
Berat sekali
Mendaki gunung, menarik becak
2.3
2.0

(Sumber: Djoko, 2007:53)
4)      Hitung energi untuk berlatih/bertanding.
Energi latihan perhari = lama latihan (jam/mg) x besarnya energi : 7





Tabel 4. Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktifitas Olahraga (kal/menit)
Aktivitas Olahraga
Berat badan (kg)
50
60
70
80
90
Balap sepeda
9 Km/jam
3
4
4
5
6
15 Km/jam
5
6
7
8
9
Bertanding
8
10
`2
3
15
Bulutangkis
5
6
7
7
9
Bola Basket
7
8
10
11
12
Bola voli
2
3
4
4
5
Beladiri
Dayung                                                              
10
5
12
6
14
7
15
8
17
9
Golf
4
5
6
7
8
Hoki
4
5
6
7
8
Judo
10
12
14
15
17
Jalan kaki
10 mnt/km
5
6
7
8
9
8 mnt/km
6
7
8
10
11
5 mnt/km
10
12
15
17
19
Lari



5.5 mnt/km
10
12
14
15
117
5 mnt/km
10
12
15
17
19
4,5 mnt/km
11
13
15
18
20
4 mnt.km
13
15
18
21
23
Aktivitas Olahraga
Berat badan (kg)
50
60
70
80
90
Latihan beban (weigh training)
7
8
10
11
12
Panahan
3
4
4
5
6
Renang
Gaya bebas
8
10
11
12
14
Gaya punggung
9
10
12
13
15
Gaya dada
8
10
11
13
15
Senam
3
4
5
5
6
Senam aerobik
Pemula
5
6
7
8
9
Terampil
7
8
9
18
12
Sepak bola
7
8
10
11
12
Tenis lapangan
Rekreasi
4
4
5
5
6
Bertanding
9
10
12
14
15
Tenis meja
3
4
5
5
6
Tinju
Latihan
11
13
15
18
20
Bertanding
7
8
10
11
12

(Sumber: Djoko, 2007:54)



5)      Tambahan kalori pertumbuhan.
Apabila yang bersangkutan masih dalam usia pertumbuhan ( sampai dengan usia 18 tahun) maka tambahlah kebutuhan energi sesuai tabel berikut.
Tabel 5. Kebutuhan Energi untuk Pertumbuhan
Umur (Tahun)
Tambahan energi
10-14
2 kalori/Kg berat badan
15
1 kalori/Kg berat badan
16-18
0,5 kalori/Kg berat badan

(Sumber: Djoko, 2007:55)
  1. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan rekaman diet makanan sehari-hari, aktifitas, dan olahraga. Dalam penelitian ini dilakukan oleh anak-anak dengan mencatat rekaman diet makanan meliputi makan pagi, makan siang, makan malam, makan selingan selama 24 jam. Masing-masing anak-anak melakukan mencatatan selama 1 minggu. Setelah itu dihitung kandungan gizi rata-rata makanan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan energi aktifitas dan olahraga anak-anak.

E.     Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diujicobakan kepada 10 anak-anak. Uji coba instrumen akan dilakukan di SSB MATRA. Tujuan dari uji coba instrumen agar data yang diperoleh sesuai harapan peneliti. Instrumen yang baik harus memiliki dua syarat yaitu:
  1. Valid: berarti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono, 2004:137).
  2. Reliabel: adalah intrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan mnghasilkan hasil yang sama (Sugiono, 2004:137). Presisi (tingkat kepercayaan/relabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2002:116).
Tujuan uji coba intrumen dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman pengisian rekaman diet dan aktifitas harian.
F.     Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif.





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Persiapan Penelitian.
1.      Orientasi kancah.
Orientasi kancah mengenai kemungkinan pelaksanaan penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Salah satu dari kelompok penelitian ini adalah anak-anak umur 10-18 tahun yang mengikuti sekolah sepakbola (SSB), oleh karena itu untuk mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria ini, peneliti mencari responden di beberapa SSB.
Peneliti menetapkan SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY untuk melakukan penelelitian, hal ini dilakukan karena sering mendapatkan keluhan dari anak-anak yang merasa lelah sewaktu berlatih, walaupun latihan yang diberikan tidak terlalu berat. Akhirnya peneliti berpikir apakah faktor kalori mempengaruhi kinerja latihan anak-anak.
2.      Persiapan Alat Ukur dan Perizinan.
Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum melakukan penelitian. Persiapan penelitian ini meliputi persiapan pendukung dan persiapan operasional. Persiapan pendukung meliputi pengurusan izin informal untuk melakukan uji coba intrumen dan pengurusan izin formal untuk melakukan penelitian. Peneliti terlebih dahulu mengadakan diskusi dengan pihak SSB untuk melakukan penelitian ini.
Persiapan operasional meliputi persiapan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu menyusun food recal dan aktifitas harian. Alat ukur dalam penelitian dibuat oleh peneliti dengan mengaju pada alat ukur yang disusun oleh Djoko (2003).
3.      Hasil Uji Coba.
Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada tanggal 14-31 maret 2007 di SSB Matra yang beralamat di lapangan NDB Adisucipto, jalan Solo Maguwoharjo Sleman, Yogayakarata. Angket yang disebarkan berjumlah 10 angket, namun yang memenuhi syarat untuk dikaji hanya berjumlah 5 angket, 3 dinyatakan gugur dikarenakan pengisian yang tidak lengkap, dan 2 angket tidak balik.
Analisis hasil uji coba memperoleh beberapa hasil antara lain:
a.       menspesifikkan makanan yang dimakan.
b.      menerangkan dengan lebih detail cara mengisian URT (Ukuran Rumah Tangga).
c.       membandingkan perhitungan calory expenditure.
Menspesifikkan makanan maksudnya makanan yang dimakanan harus ditulis lengkap. Ada beberapa hasil uji coba intumen yang kurang lengkap pengisianya, contoh makan gorengan, harus ditulis gorengan tahu atau gorengan tempe, atau gorengan pisang. Daging harus ditulis lengkap, apakah daging ayam, bebek, atau sapi.
Menerangan lebih detail cara mengisian URT, yang dimaksud disini bahwa URT diisi dengan melihat tabel URT yang telah disediakan. Dalam uji coba intrumen ada anak yang tidak dapat mengisi URT, oleh karena itu peneliti menerangkan dengan lebih jelas mengenai URT.
Membangdingkan perhitungan calory expenditure, bermaksud mengetahui cara perhitungan yang dibuat oleh McArdlee (1986) dan cara Dadang (2000). Hasil yang diperoleh dari perbandingan calory expenditure antara cara McArdlee (1986) dan Dadang (2000) adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Calory Expenditure
Hari
McArdle
Dadang
1
3207,2
3323,31
2
5556
4523,3
3
4362,9
3803,31
4
3737,1
3323,31
5
3864,9
4523,3
6
3864,9
3323,31
Jumlah
25162,1
22819,84
rerata
4193,6
3803,30
Ket: Tabel diatas adalah calory expenditure uji coba instrumen atas nama Prapto Dwi.
Cara McArdle tidak dilaksanakan dikarenakan banyak kegiatan yang tidak tertulis dalam energi aktifitas harian. Akhirnya peneliti menggunakan cara yang berasal dari Dadang (2000) dikarenakan dalam cara itu calory expenditure sudah ditambah dengan kebutuhan energi untuk pertumbuhan yang sesuai dengan kriteria sampel.
B.     Pelaksanaan Penelitian.
Penelitian ini menggunakan sebaran angket yang mengambil lokasi di SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY (berdiri pada September 1991), jalan Colombo nomor 1, Sleman, Yogyakarta. Sampel penelitian yang dipergunakan adalah anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY yang berumur 10 tahun sampai 18 tahun (usia pertumbuhan). Penelitian dilakukan pada tanggal 21 April sampai dengan 21 mei 2007. Angket penelitian dibagikan pada tanggal 21, 23, dan 26 April 2007, pembagian angket tidak dapat dilakukan dalam satu hari dikarenakan banyak anak-anak yang tidak latihan pada hari tersebut. Dari 54 angket yang dibagikan kepada anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY, ada 48 angket yang kembali dengan 45 angket valid, 3 tidak valid dikarenakan pengisian URT (Ukuran Rumah Tangga) kurang jelas, dan 6 angket tidak kembali.


1.      Subjek Penelitian Ditinjau Berdasarkan Umur Anak.
Berdasarkan umur anak, subjek penelitian dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian Ditinjau Berdasarkan Umur Anak
No
Umur (tahun)
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif
1
10-14
38
84,44%
2
15
2
4,4%
3
16-18
5
11,11%
4
Jumlah
45
99,95%

Tabel 1 menjelaskan jika ditinjau berdasarkan umur anak, subjek penelitian yang berumur 10-14 tahun sebanyak 38 anak (84,4%), umur 15 tahun sebanyak 2 anak (4,4%), dan umur 16-18 tahun sebanyak 5 anak (11,11%). Pada anak umur 10-14 tahun ditambahkan kalori pertumbuhan sebesar 2 kalori/Kg berat badan, pada anak umur 15 tahun ditambahkan kalori pertumbuhan sebesar 1 kalori/Kg berat badan, dan pada anak umur 16-18 tahun ditambahkan kalori sebesar 0,5 kalori/Kg berat badan.



2.      Subjek Penelitian Ditinjau Berdasarkan Berat Badan Anak.
Berdasarkan berat badan anak, subjek penelitian dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Subjek Penelitian Ditinjau dari Berat Badan Anak.
No
Berat Badan (kg)
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif
1
30-55
42
93,3%
2
56-64
3
66,7%
3
Jumlah
45
100%

Gambaran data di atas menunjukan bahwa sebagian anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY mempunyai berat badan kurang dari 56 sebanyak 42 anak (93,3%), dan 56-64 kg sebanyak 3 anak (66,7%). Pada berat badan 30 kg-55 kg menggunakan BMR 1625, dan pada berat badan 56 kg-64 kg menggunakan BMR 1713.
C.    Analisis Deskriptif dan Interprestasi Hasil Penelitian.
Instrumen/angket yang disebarkan untuk kepentingan penelitian ini seluruhnya sebanyak 54 angket. Seluruh angket yang disebarkan hanya ada 45 angket (83,3%) yang terisi dengn baik, sehingga layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif.
Dalam penelitian ini angket yang diberikan berupa rekaman makanan dan aktifitas harian anak. Rekaman makanan adalah catatan makanan yang telah dimakan dalam satu waktu (rekaman makanan dalam penelitian ini dilaukan dilakukan 7 hari). Aktifitas harian adalah catatan segala sesuatu yang telah dilaksanakan dalam 24 jam, termasuk kegiatan berolahraga (aktifitas harian dalam penelitian ini dilakukan 7 hari).
Berdasarkan hasil perhitungan calory intake (asupan makanan) dan calory expenditure (aktifitas sehari-hari), anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY memiliki calory intake antara 1130,625 hingga  4667,442 calory expenditure antara 2821,750 hingga 4368,75. Sedangkan ringkasan hasil perhitungan deskriptif dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Calory Intake dan Calory Expenditure
Kalori
Rerata
Keterangan
Intake
2591,107
CE > CI
Expenditure
3508,300

Keterangan:
CE: Calory expenditure
CI: Calory intake

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY memiliki rerata calory expenditure adalah 3508,300 kalori sedangkan calory intake adalah 2591,107 kalori atau dengan kata lain anak-anak SSB PUSPOR SELABORA UNY kekurangan sumber energi sejumlah rata-rata 917,193 kalori perhari.
D.    Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Data yang diperoleh menunjukan ketidaksesuaian antara colory expenditure dengan calory intake. Anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY kekurangan makanan sumber energi sejumlah rata-rata 917,173 kalori perhari. Keadaan tersebut perlu segera diperbaiki yakni dengan menambah kualitas dan kuantitas makanan sumber energi agar tidak berdampak pada kurang maksimalnya pertumbuhan anak-anak, kinerja fisik, maupun prestasi belajar mereka.
 Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Djoko Pekik (2003) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa Prodi PJKR kekurangan makanan sumber energi sejumlah rata-rata 66 kalori perhari, Prodi PKO kekurangan makanan sumber energi sejumlah rata-rata 61 kalori perhari, Prodi IKORA kelebihan makanan sumber energi sejumlah rata-rata 30 kalori perhari, dan mahasiswa FIK kekurangan makanan sumber energi sejumlah rata-rata 33 kalori perhari.
 Keadaan tersebut tidak bisa terlepas dari faktor kebiasaan anak-anak yang suka bermain dan belum mengerti akan pentinganya makanan. Hal itulah yang sangat perlu ditekankan oleh para orang tua. Di dalam tubuh manusia kalori mempunyai peranan penting untuk aktifitas dan menunjang pertumbuhan. Kekurangan kalori akan berakibat pada penurunan berat badan. Penurunan berat badan dan kurangnya asupan makanan yang berlebihan mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan anak-anak, prestasi belajar yang menurun, latihan yang tidak maksimal.
Pertumbuhan anak tidak menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga anak-anak yang kekurangan protein otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan ekonomi rendah (Sunita, 11:2002). Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin bila tersedia asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan pertumbuhan.
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh pada perkembangan mental, kemampuan berpikir, dan menyebabkan ganguan otak secara permanen (Sunuita, 11:2002). Oleh karena itu pada masa pertumbuhan diperlukan asupan yang tepat kuantitas maupun kualitas guna mendukung prestasi belajar mereka.

Kekurangan energi yang berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas. Orang menjadi lemas, malas, jika semua itu terjadi latihan yang diberikan tidak akan maksimal. Dengan demikian melalui hasil penelitian ini diharapkan anak-anak lebih memperhatikan makanan mereka.
Persoalan gizi dalam hal ini menyangkut calory expenditure dan calory intake memang sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun paling tidak anak-anak diberi pengertian akan pentingan keseimbangan calory expenditure dan calory intake yang akan menunjang kesehatan dan pertumbuhan mereka. Penyebab masalah makan pada anak dapat berupa (Suri Viana, www.infoibu.com:2003):
  1. Faktor organik
Meliputi rongga mulut (bibir, gusi, lidah, rongga mulut) sampai dengan usus dan organ-organ tubuh yang berhubungan dengan pencernakan, yang dipengaruhi oleh system syaraf.
  1. Faktor nutrisi
Pengetahuan orang tua, pelatih dan pengasuh dalam penentukan jenis, jumlah makanan yang diberikan pada anak sesuai dengan perkembanganya.
  1. Faktor psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam perkembangan ketrampilan makan anak. Sikap suka memaksakan makanan menyebabkan bayi/anak merasakan proses makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, akibatnya timbul rasa anti terhadap makanan. Sering kali timbul masalah pada ibu mengenai hal tentang masalah social-kultural dan aturan makan yang ketat/berlebihan, sikap yang terlalu obsesif dan overprotektif sehingga menimbulkan efek negative pada anak.
Anak-anak sering mengalami kesulitan makan atau tidak mau makan meskipun orang tua sudah meyiapkan makanan terbaik , dan lebih menyukai jajan diwarung maupun kantin sekolah dari pada di rumah. Hal tersebut dapat diatasi  dengan berbagai upaya antara lain (Djoko, 20007:167-169):
  1. Porsi kecil
Berikan makanan dalam porsi kecil secukupnya (jangan banyak sekaligus) karena anak akan bangga jika berhasil menghabiskan porsi makanan.
  1. Beri pujian
Apabila anak mampu menghabiskan porsi makanannya, berilah pijian sehingga menyenangkan hati anak.
  1. Biarkan anak mengambil porsinya sendiri
Berikan kebebasan kepada anak untuk mengambil makanannya sendiri sebab anak akan merasa dihormati dan bertanggungjawab terhadap habisnya makanan tersebut.

  1. Berikan makanan saat lapar
Apabila hendak menyajikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak, sebaiknya  diberikan saat lapar saja.
  1. Hindari rasa bersalah
Apabila anak memecahkan peralatan makan, jangan dimarahi. Untuk itu, gunakan peralatan yang terbuat dari plastik.
  1. Sajikan hanya makanan yang terbaik
Berikan makanan yang padat kalori seperti daging, ikan, selai kacang, keju, pisang, dan kacang-kacangan.
  1. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Biarkan anak makan sambil bermain-main atau apa saja yang disukainya. Hindari penyuapan memaksa.
  1. Kurangi hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian
Televisi sering menggangu perhatian anak pada waktu makan meskipun anak tidak sungguk-sungguh menonton. Demikian juga halnya kehadiran kakak atau anak lain juga menyebabkan anak kurang perhatian pada makanannya.
  1. Biarkan anak makan lambat
Anak yang baru belajar makan biasanya sangat lambat menyelesaikan tugas makananya. Untuk itu, sebaiknya biarkan ia makan dengan caranya sendiri. Luangkan waktu untuk menemaninya.
  1. Mengganti suasana
Agar anak tidak bosan, usahakan mengganti suasana makan, misalnya bagi anak yang biasa makan di meja makan dapat divariasi dengan makan diteras, minuman yang biasanya langsung dari cangkir diganti dengan sedotan, makan yang biasanya menggunakan tangan diganti dengan sendok.
  1. Biarkan anak memilih makanannya sendiri
Berikan alternatif makanan yang dapat dipilih anak, boleh saja mengajak anak untuk mengkonsumsi makanan seperti yang dimakan anggota keluarga lainya, tetapi jangan sekali-kali memaksanya.
  1. Bersikap cerdik
Agar kebutuhan anak akan zat-zat gizi dapat terpenuhi, orang tua harus cerdik dalam menyediakan menu makanan terutama untuk balita. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk aslinya terkadang tidak disuakai anak.
  1. Turuti keinginan anak
Pada umumnya anak menolak makanan campuran dalam satu piring, misalnya nasi, sayur dan lauk jadi satu piring. Turuti keinginan anak dengan menyajikan berbagai jenis makanan terpisah.
  1. Jangan memaksa rapi
Anak lebih menyukai makan dengan caranya sendiri yang terkadang menjadi berantakan. Untuk itu, diperlukan toleransi orang tua untuk tidak memaksa anak makan dengan rapi sebab dengan cara tersebut anak akan lebih banyak menghabiskan makanannya.
  1. Mau menerima jawaban tidak
Apabila anak mengatakan “sudah kenyang” dan tidak mau makan, jangan paksa untuk makan meski hanya “satu suap lagi”.
  1. Bersabar
Selera  makan anak cepat berubah sehingga jenis makanan yang kemarin digemari, sekarang bisa saja dihindari. Untuk itu, dituntut kesabaran dari orang tua.
Keadaan kurang kalori tidak boleh melakukan latihan olahraga dengan intensitas dan frekuensi tinggi. Sebaiknya dilakukan olahraga ringan dengan intensitas, frekuensi, durasi yang rendah. Olahraga aerobik dengan intensitas rendah baik dilakukan karena sangat sedikit mengeluarkan kalori. Orang yang kurang kalori, jika berolahraga harus banyak minum agar menghindari dehidrasi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
1.      Jumlah calory expenditure (energi aktifitas fisik) anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY lebih besar dibandingkan besarnya calory intake (energi dari makanan).
2.      Asupan makanan anak-anak SSB PUSPOR SELABORA FIK UNY kurang kalori
  1. Diskusi
Perbedaan calory expenditure dengan calory intake pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan kurang maksimalnya pertumbuhan anak, disamping itu prestasi akademik anak akan cenderung menurun.
Keadaan tersebut bisa terjadi dikarenakan beberapa hal antara lain:
1.      Ketidaktahuan anak-anak antara energi untuk aktifitas dan energi dari makanan.
2.      Kurangnya informasi tentang makanan yang dimakan.
3.      Anak-anak belum dapat menyusun menu makanan yang seimbang dengan kebutuhan mereka.
4.      Kebiasaan bermain dengan berlebihan tanpa memperhatikan makanan mereka.
C.  Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini ternyata tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan. Adapun keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Kurang tepatnya menentukan berat makanan yang dikomsumsi.
2.       Tidak berikan menu makanan dalam hal menyeimbangkan energi aktifitas fisik dan energi berasal dari makanan.
3.      Peneliti tidak sampai menghitung protein dan vitamin dari subjek.
D.  Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan kesimpulan di atas, seperti berikut:
1.      Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pelatih, orangtua, dan anak-anak untuk lebih memperhatikan masalah konsumsi makanan.
2.      Diharapkan ada penelitian yang sama dengan menyertakan daerah tempat tinggal, status ekonomi, serta menyangkut seluruh kandungan gizi seluruh makanan.
3.      Perlu software computer untuk mengitung calory expenditure, sehingga perhitungan lebih mudah, cepat, dan teliti.
4.      Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya para orang tua selalu mengontrol makanan anak-anaknya supaya pertumbuhannya dapat maksimal, tetapi jangan sampai terlalu banyak mengkomsumsi makanan dalam jumlah kalori yang lebih banyak dari pada calory expenditure sehingga mengakibatkan obesitas.